September 14, 2008

Kenapa Saya harus PeduLi

Rasanya saya sudah bosan mendengar kata-kata negatif orang lain tentang saya, orang-orang yang bahkan tidak kenal dengan saya sama sekali. Mereka terlalu menilai saya dari kaca mata berlensa minus mereka, mereka yang mungkin saja baru saya kenal 3 detik dari sebuah jabatan tangan dan mungkin ciuman basah tiga menit itu, bertingkah layaknya orang yang memberi saya air susu dan mengganti popok basah saya selama bertahun-tahun.

Mengapa saya harus hidup diantara orang-orang yang sangat baik dan tenggang rasa sehingga terlalu perduli terhadap urusan orang lain melebih urusan hidup mereka yang bodoh. Tidak bisakah saya sejenak menikmati segala urusan pribadi saya tanpa ada orang yang berkomentar.

Bukankah kita hidup di Bumi yang luas dengan gunung, lautan dan jutaan hektar area hutan yang bisa kita jadikan tempat berteduh dan mengurusi urusan kita sendiri, bukan ruangan persegi 3x3 yang dengan terpaksa harus diisi oleh dua puluh lima orang yang harus saling bunuh untuk mendapatkan daging tikus putih yang bersembunyi di balik lemari bambu reyot.

Tidak bisakah saya berdiam sendiri lalu tertawa simpul diantara keramaian tangis dan gibah para pengantar jenazah yang lalu lalang di pemakaman umum, menikmati lelucon-lelucon bodoh buku saku lusuh tanpa halaman depan yang mungkin ditulis oleh orang tua berbungkus kain putih yang sedang berada didalam keranda mayat yang sedang saya pandangi sekarang.

2 comments:

Wina Widyana said...

pu kunaOn?

fuad hasan said...

teu nanaon, biasa weh loba gosip tidak sedap..