July 6, 2009

Malaikat

Sembilan tahun yang lalu Tuhan telah mengirimkan seorang malaikat kecil berkerudung untuk mengajarkan saya hal paling manusiawi yang bisa dilakukan oleh seorang manusia.

Malaikat kecil itu telah mengajarkan saya bagaimana rasanya menangis, seperti apa rasanya air mata yang hangat jatuh tergenang di kedua kelopak mata kita untuk kemudian jatuh dan mengalir diatas pipi kita, saya sadari bagaimana wajah kita tampak sangat normal dan berbeda ketika butiran-butiran air mata menggenang di selaput mata kita yang kemudian membuat merah kedua bola mata kita.

Hari ini setelah sembilan tahun berlalu, Malaikat kecil itu kembali muncul masih dengan wujud yang menurut saya sempurna, dengan kerudung dan kulit putihnya, badan kurus dan cara berjalan yang terburu-buru.

Rupanya hari ini Tuhan kembali mengirimkan Malaikat itu untuk kembali mengingatkan dan mengajarkan saya tentang sisi lain dari hidup yang biasa saya pahami.

Hari ini Dia mengajarkan saya tentang rasa sakit dan kehilangan. Malaikat yang dulu tampak sangat sempurna duduk di ujung angkot abu-abu itu telah mengenalkan saya tentang bagaimana rasa sakit itu timbul dari kasih sayang dan ketidakberartian.

Malaikat itu telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Dia mengajarkan saya bahwa tidak selama nya cerita-cerita dalam hidup itu berakhir bahagia, dia menjelaskan bahwa tangis itu terkadang diperlukan agar kita tahu bagaimana indahnya tertawa.