February 15, 2009

Rancu

Entah kenapa hari ini saat saya terbangun di Pagi hari, dalam waktu kurang dari lima menit seluruh bagian tubuh saya memberikan perasaaan asing, semua menjadi serba asing bagi saya, kamar ini, layar komputer ini, saya seperti terjebak dalam dunia baru yang belum saya pahami, pikiran saya menerawang entah kemana dan entah memikirkan apa.
Rasanya sudah seharian ini entah kenapa saya susah sekali berkonsentrasi dan menentukan pilihan, ingin ini dan ingin itu, tidak mau ini dan tidak mau itu hingga akhirnya tidak melakukan apa-apa.
Dan tanpa saya sadari dan saya kendalikan bumi terus berputar pada porosnya, menandakan waktu yang terus berjalan dan hingga akhirnya tiba pada saat dimana semua sudah terlambat untuk melakukan sesuatua

February 11, 2009

antara paralelisme dan keping-keping hidup


Ketika saya masih duduk di sekolah dasar kakak lelaki saya mengajarkan saya tentang bagaimana konsep dasar dari sebuah film kartun dimana saya menggambarkan 5 gambar di tiap sudut halaman buku sinar dunia saya, untuk kemudian setiap halaman tersebut dibuka dengan cepat sehingga gambar tampak bergerak.
Bukankah konsep sederhana dari pembuatan film kartun tersebut merupakan gambaran sempurna mengenai bagaimana kita sebagai manusia yang utuh menjalani hidup di dunia yang paralel. Bukankah hidup kita merupakan potongan-potongan gambar yang kita jalani setiap detiknya.
Sesungguhnya pernah terpikir oleh saya bahwa saat ini ada potongan lain dalam hidup saya yang berada ditempat lain, baik yang sudah tersusun ataupun menunggu untuk disusun. Bayangkanlah sebuah meja kayu berbentuk persegu panjang yang diatasnya berserakan potongan-potongan hidup saya, ada saat saya balita, saat saya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Disudut kiri atas meja tersebut dapat dilihat bagian hidup saya dimana saya masih duduk bersekolah di taman kanak-kanak, di dekat bagian tadi tampak bagian hidup saya dimana saya menikahi seorang gadis atau janda yang entah siapa. Sementara itu di tempat lain diwaktu yang sama tampak keping hidup saya yang lain dimana tampak saya sedang menghabiskan waktu sore bermain bola di tanah kuburan belakang gang masjid, atau tampak ketika saya dan teman-teman saya pergi ke pasar kota kembang untuk membeli beberapa keping film miyabi ataupun jika boleh berandai-andai dalam waktu yang sama ketika saya bersekolah, tamapk ditempat lain saya sedang menghabiskan waktu sore dipinggir pantai Jamaica menari bersama Mariana Renata.
Pikiran saya sempat berkata bahwa sesungguhnya dalam satu rentang waktu yang sama terjadi beberapa kejadian yang berbeda yang dialami oleh elemen dan individu yang sama, jadi mungkin saja ada saya yang lain sedang bernyanyi bersama kamu disana

February 10, 2009

Tidur

Malam ini saya sulit tertidur, memikirkan entah apa, mata ini rasanya berat sekali tetapi entah kenapa kepala saya seperti belum mau diajak beristirahat...

February 8, 2009

Sunday Bloody Sunday..

Minggu pagi ini mari sejenak mengasah kapak bergagang kayu berkepala elang kita lalu asah perlahan hingga tajam. kemudian mari kita lemaskan otot-otot lengan kita membantai para yahudi diluar sana, ayunkan kapak kita ke arah kepala mereka lalu pisahkan kepala dan badannya, potong kedua lengan dan kakinya hingga terpisah dari badan mereka. Kuliti kulit mereka lalu ambil hati dan jantung nya (upps saya lupa mereka tak punya hati), ya sudah jantungnya saja dan berikan pada anjing dan babi dikandang, biarkan dimakan hingga tak bersisa..

Sore ini

Hari ini disuatu sore yang cerah di pinggir pantai Bermuda diiring lagu Bob Marley saya terbangun oleh teguran dua orang wanita Perancis berbikini belang-belang yang kemudian membawakan saya sepotong roti dan secangkir kopi untuk kemudian saya masukan kedalam rongga mulut demi mengisi perut saya yang sudah penuh dengan asam lambung.
Sambil kemudian berdansa reggea sambil menghisap segenggam mariyuana kami saling bercanda dan tertawa bersama di kelilingi api ungun dan nyanyian "Don't worry about the thing, every little thing is gonna be all right" melupakan semua permasalahan di dunia..a

February 7, 2009

HIDUP PERSIB....

Sahabat-sahabat saya...

Sore ini saya sangat rindu sahabat saya, shabat yang selalu ada saat saya butuhkan, sahabat yang seakan lebih mengenal diri saya dari pada diri saya sendiri.
Adoel, Tile, Yara, wina, zadut, Zein, ebin, idwan saya rindu menghabiskan waktu-waktu pagi hingga menjelang sore bersama mereka, membicarakan kebodohan-kebodohan satu sama lain, menceritakan pacar dan kecengan masing-masing, tertawa mengingat pecahnya dua kaca jendela kelas kita. Ingin rasanya merasakan seminggu bersama-sama mereka kembali, mengenang masa-masa berseragam putih abu-abu duduk rapih mendengarkan sodara Beben berbicara..sungguh masa-masa indah yang ingin saya rasakan kembali

Hanya Hari ini..

karena esok belum tentu kita bernafas
Maka, hari ini saya hanya ingin menjadi diri saya sendiri saja
tetap menjadi saya dengan segala kebaikan dan keburukan yang saya miliki
tidak perlu menjadi orang lain, yang belum tentu lebih baik dari saya
Tak perlu bertingkah sok baik padahal tidak
cukup menjadi saya saja
sudah cukup...

Biasa-biasa

February 5, 2009

Abstract

Coffee is commodity being second-largest after earth oil that is many traded. The habitual drinking the coffee at coffee stalls while talking about together with friends or business colleges has become a new cultural form that has been many in the society. The more many in the growth of coffee stall industries claimed every firm being active in the industry to be in continuously competition with the competitors. Starbucks Coffee as one of firms selling the coffee largest in the world attempted to continuously show the existence of the firm by improving the employees’ work performance and the product’s performance by applying the ergonomic principles in operating the wheel of the firm’s business.

The employees’ work performance can be made as a reference whether the firm can compete with other firms. The pros and cons of the employees’ performance will have influence on the satisfied or unsatisfied of the customers to be influenced directly to the sale.

This research has an objective to identify how the influence level given by the worker’s work motivation variable and cognitive factor to the work satisfaction as well as its impact on the work performance at Starbucks Coffee. In order to identify how the influence both direct and indirect influence of the actors that have been called, so it has been conducted an analytic test by using a path analytic method.

Based on the result of data processing it has been obtained the entire influence of the research variable is significant. The total influence of Work Motivation (X1) variable and worker’s cognition factor (X2) on work motivation (Y) s 98%, so the remain by 2% is the influence outside of research variable. Whereas the total influences of (X1), (X2), and (Y) on the work performance variable (Z) is 66%.

Key words: Path analysis, Ergonomic, Work Motivation, Employee’s Cognition .

February 3, 2009

BODOH...

Hey kamu BODOH

Mengapa kamu tidak urusi saja urusan BODOH mu sendiri

Lalu pergi dengan cara yang BODOH

Mengapa kamu lebih suka mengurusi urusan BODOH orang lain dan berpikir BODOH tentang mereka dan urusan BODOH nya itu..

Dasar kamu BODOH

Merenung

Kemarin yang saya lakukan hanyalah mencelamu

Dengan segala kekurangan mu

Cara berjalan dan perutmu yang terlalu besar

Cara mu tertawa dan gigimu yang buruk

Caramu berpakaian yang membuat kamu seakan berasal dari dunia lain

Hari ini saya ingin menertawai mu

Ocehan-ocehan bodoh

Yang keluar dari mulutmu yang sudah jelas tidak wangi

Pemikiran-pemikiran konyol mu

yang jelas-jelas membuat kamu semakin terlihat tidak tahu apa-apa

Tindakan-tindakan tidak beradab

Yang menampakan seolah kamu tidak pernah bersekolah

Esok hari

Saya hanya akan diam

Merenungi segala kekurangan saya

Menangisi kesombongan dan segala ketidak tahuan saya

Esok hari dan waktu selanjutnya

Saya akan membiarkan kamu

Menghina dan menertawakan saya

Yang telah menganggap diri saya lebih baik dari kamu..

Nasionalisme dalam Sepak Bola

Hari rabu ini saya menyempatkan diri untuk menonton pertandingan Sepak bola antara Indonesia dan Australia di stadion Gelora Bung Karno. Setelah membeli tiket seharga Rp. 20.000 saya pun duduk di tribun atas stadion kebanggaan Indonesia tersebut. Sebagai seorang yang dilahirkan untuk menjadi seorang bobotoh Persib terasa sedikit asing bagi saya untuk duduk di stadion yang dipenuhi oleh ribuan the Jak itu, tetapi atas nama nasionalsime mari kita lupakan sejenak permusuhan abadi tersebut.

Pada awalnya pertandingan tersebut berjalan lambat, kedua tim seperti saling berhati-hati dalam menjalankan serangan, permainan pun sepertinya berjalan kurang menarik dan biasa-biasa saja. Tim Indonesia yang turun dengan kekuatan penuh ternyata sulit mengungguli tim kelas dua Australia. Meskipun begitu pada pertengahan babak pertama selebrasi dari seorang anak papua bernama Boaz Solossa mampu menghibur ribuan penonton yang hadir. Setelah itu pertandingan kembali berjalan kurang menarik meskipun sempat beberapa kali seorang Budi Sudarsono dengan keegoisannya membuang beberapa peluang yang seharusnya membuahkan gol.

Pada babak kedua pertandingan berjalan sedikit lebih menarik, tim Indonesia mulai berani memainkan bola dari kaki ke kaki dan menampilkan kerja sama yang apik antara pemain. Sayang sampai pertandingan usai kedudukan tidak berubah kosong-kosong. Malam itu para pemain Indonesia kembali gagal meraih kemenangan dan kembali pulang hanya dengan poin satu.