August 31, 2011

Baik dan Tidak baik itu apa (Sebuah renungan)

Tulisan panjang di bawah ini yang diambil dari Al-Qur'an surat Al-Kahfi. Isinya tentang percakapan antara Musa dan Khidhr.

  • Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami 886. (QS. 18:65)
  • Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu" (QS. 18:66)
  • Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. (QS. 18:67)
  • Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu" (QS. 18:68)
  • Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". (QS. 18:69)
  • Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tetang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (QS. 18:70)
  • Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidihr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar. (QS. 18:71)
  • Dia (Khidihr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku" (QS. 18:72)
  • Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". (QS. 18:73)
  • Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidihr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". (QS. 18:74)
  • Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku" (QS. 18:75)
  • Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku". (QS. 18:76)
  • Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu". (QS. 18:77)
  • Khidihr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. 18:78)
  • Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. (QS. 18:79)
  • Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. (QS. 18:80)
  • Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). (QS. 18:81)
  • Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS. 18:82)

August 27, 2011

Semua Ada Aturannya



Hujan Tanpa Pelangi

Suara teriakan warga bercampur suara pecahan kaca terdengar ketika beberapa orang polisi membawanya keluar dari rumah, sambil tetap menunduk Pelangi bisa melihat warga yang tampak berkerumun di pekarangan bunga yang dulu selalu dirawat ibunya itu.

“Anjing, bangsat, setan, pembunuh!!” Begitu warga meneriakinya,

Beberapa dari mereka bahkan ada yang iseng berusaha memukul wajah ataupun menarik paksa jilbabnya, beruntung polisi sigap melindungi dirinya dari pukulan-pukulan warga, sampai akhirnya ia dibawa dengan sebuah mobil ke kantor polisi.

Satu bulan kemudian, setelah melewati proses hukum yang panjang dia dinyatakan bersalah atas pembunuhan ayahnya.

Masih terngiang hingga kini ketika dengan tegas hakim berkata “25 tahun kurungan penjara”

Ketukan palu yang dilanjutkan oleh tangisan histerisnya. Ia bahkan belum hidup selama itu. Ia berpikir bahwa inilah akhir dari masa depannya. Menghabiskan sisa hidupnya di dalam penjara. Tidak ada lagi tanaman milik ibunya, tidak ada lagi gerobak unik milik ayahnya, hanya jeruji , tempat tidur dan toilet seadanya.

Gadis itu bernama Pelangi, nama yang dia dapatkan hanya karena dia lahir di sore hari setelah hujan reda. Jauh sebelum pembunuhan itu terjadi, Pelangi adalah seorang gadis manis yang jarang bicara. Selain kedua orang tuanya, bunga selalu menjadi teman dia bicara. Bunga yang sebetulnya milik ibunya, yang terkadang membuatnya cemburu, namun tak ragu ia sayangi karena dia begitu menyayangi ibunya.

Bersama kedua orang tuanya, dia tinggal di desa di mana senyum dan keramah tamahan masih menjadi sesuatu yang murah. Suara klakson dan knalpot kendaraan bermotor menjadi sesuatu yang sangat mahal. Disini, kecuali hujan turun, suara tetangga yang sedang berteriak dari dalam rumah dapat dengan mudah terdengar hingga jarak dua sampai tiga rumah.

Selepas pulang sekolah, sambil menunggu ayahnya pulang berjualan, dia biasa menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya, membaca buku-buku tentang berbagai macam pengetahuan, tentang sejarah negara, tentang jenis-jenis hewan dan cara mereka tumbuh. Tentang matahari dan bulan yang datang silih berganti. Terkadang ibunya mengajak dia mengaji dan belajar tentang agama. “Berbaktilah pada orang tua nak, Tuhan menyayangi anak yang berbakti” begitu ibunya biasa menasehatinya sehabis mengaji.

Ayahnya adalah seorang pengidap polio, penyakit yang diderita hanya karena ketidaktahuan orang tua ayahnya tentang pentingnya imunisasi. Penyakit yang akhirnya memaksa ia untuk berjualan bakso karena selalu gagal mendapatkan pekerjaan.

Nyatanya Tuhan memang maha adil, kekurangan fisik yang diderita ayahnya tertutupi dengan tingkat kreativitas yang tinggi. Dengan brilian ayahnya menciptakan gerobak dengan motor penggerak, yang akhirnya mempermudahnya dalam mendorong gerobak ketika harus berjalan berpuluh-puluh kilometer.

Ketika itu dia masih berseragam putih abu dan lebih tertarik dengan bedak dan gincu daripada sepasang boneka yang dulu dihadiahi orang tuanya. Tak ada satupun orang yang meragukan kecantikannya sehingga tidaklah sulit untuk dia mendapatkan perhatian dari banyak lelaki. Selalu terpikir dalam benak Pelangi bahwa hidupnya nyaris sempurna. Orang tua, lingkungan, dan wujud fisik yang rupawan. Apalagi yang perlu dia cari.

Tapi nyatanya memang tak ada gading yang tak retak. Tuhan tidak pernah mengizinkan mahlukNya meraih kesempurnaan yang hanya akan menjadi milikNya.

Suatu malam ketika hujan turun begitu derasnya, Ibunya pergi. Tanpa pamit dan tentu saja bukan untuk kembali.

Ayahnya yang dulu bersahabat dengan ayat suci, kini lebih memilih bersahabat dengan alkohol dan meja judi. Sampai akhirnya, nyaris tidak ada lagi harta yang tersisa. Semua habis di meja judi.

Dalam bernaknya terlintas, bahwa mungkin ini saatnya untuk berbakti, sebagaimana yang diajarkan oleh almarhumah ibunya dulu. Tanpa sempat menyelsaikan sekolahnya, Pelangi memutuskan untuk mencari pekerjaan. Salah satu wujud berbakti yang dia rasa paling tepat dilakukan saat itu.

Pergilah Pelangi mencari pekerjaan, bermodalkan paras cantik dan kemolekan tubuh. Namun untuk mendapatkan pekerjaan rupanya ijazah pendidikan jauh lebih berharga daripada paras cantik, beberapa minggu berselang, pekerjaan tak juga didapatkan.

Sampai suatu hari temannya yang bernama Midah datang menawarinya pekerjaan. Tentunya bukan pekerjaan yang membutuhkan ijazah sebagai syarat utama.

“Kamu hanya perlu menemani pelanggan minum bir. Itu saja!” begitu Midah menjelaskan mengenai pekerjaan itu.

Karena keinginan yang kuat untuk berbakti, maka dengan terpaksa Pelangi mau bekerja ditempat yang orang-orang sebut pub itu. Setiap malam selepas isya, dia gunakan gincu serupa cahaya lampion kemudian membiarkan rambutnya tergerai sampai menutupi payudaranya yang setengah terbuka lalu siap melayani pelanggan menghabiskan gelas demi gelas bir sampai pagi menjelang.

Rupanya Midah lupa atau sengaja lupa menjelaskan bahwa tangan para pemabuk itu kerap kali tidak bisa diam, awalnya jemari itu hanya menyentuh tangan dan wajah, lama-lama merayap ke segala arah. Beruntung peraturan pub yang melarang pelanggan menyetubuhi pelayan di tempat, membuat Pelangi masih bisa mempertahankan kehormatannya.

Batinnya menangis. Ingin rasanya dia berhenti, namun keinginan kuat untuk berbakti membuat Pelangi bertahan. Rupiah demi rupiah ia kumpulkan untuk kemudian digunakan oleh ayahnya untuk mabuk dan berjudi.

Dengan tubuh molek dan wajah rupawan ditambah dengan pakaian yang menantang, membuat semua pria ingin menyetubuhi dirinya, termasuk ayahnya.

Suatu hari ketika hujan turun begitu deras, sang ayah yang sedang mabuk berjalan ke arah ke kamarnya, dengan langkah sulit ia memaksa masuk, seakan tidak peduli dengan tangisan Pelangi yang semakin kuat, ayahnya terus menghampirinya, lalu dengan paksa menanggalkan satu persatu pakaian yang melekat di badan mereka.

“Jangan takut sayang, ayah cuma mau mengajarkan kamu bagaimana berbakti” begitu kata ayah.

“Jangan ayah, istigfar! Ini Pelangi anakmu”

“Justru karena kamu anakku, maka ibumu tidak akan keberatan bila aku mencintaimu”

“Jangan ayah, jangan.”

Hujan yang turun semakin deras menenggelamkan teriakan Pelangi, semenjak hari itu, setiap hujan turun, ayahnya selalu menyetubuhinya berulang-ulang. Sampai hujan akhirnya reda.

Cinta dan juga keinginannya untuk berbaktilah yang membuat dia tetap bertahan, menutup rahasia perbuatan dosa sang ayah. Bukankah agama melarang manusia untuk membuka aib orang lain. Begitu pikirnya.

Rasa cintanya yang besar pada sang ayah juga, yang akhirnya membuat dia memutuskan untuk membunuh sang ayah. Ketika anjuran agama tak lagi dihiraukan, maka hanya dengan membunuh ayahnya dia dapat menyelamatkan sang ayah dari dosa yang lebih besar tanpa perlu membuat orang lain tau apa dosa ayahnya.

Sekarang di sinilah dia, di balik jeruji, menanti pelangi yang entah kenapa tak juga tiba setelah hujan reda, di cap berdosa karena menyelamatkan sang ayah dari dosa.

August 26, 2011

Musik

Saya suka melihat dada dan bokong Lady Gaga. Saya suka melihat dada dan bokong Katty Perry. Tapi musik saya bukan itu. Musik saya bukan untuk MATA...
- Adele -

August 17, 2011

Industri Kecil dan Makna Kemerdekaan

Satu kali dalam setahun tepatnya pada tanggal 17 Agustus seluruh bangsa Indonesia “dipaksa” kembali merenungi makna kemerdekaan. Kembali mengheningkan cipta sejenak, mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah gugur dan kembali merenungi kontribusi kita bagi Indonesia dalam mengisi kemerdekaan di era informasi seperti sekarang ini.

Merdeka bukanlah sekedar kata yang terbentuk dari 7 huruf yang terangkai menjadi satu. Ada makna mendalam yang terkandung dari kata tersebut. Adalah orang tua saya yang memperkenalkan makna kata tersebut pertama kali. “Merdeka itu bebas nak, bebas dari keterpaksaan, bebas dari belenggu” begitu kata orang tua saya, merdeka tentu saja berarti bebas. Bebas dari belenggu yang mengekang hak-hak kita. Walau pada kenyataanya selalu ada hak-hak orang lain yang membatasi kebebasan kita, sebagai bangsa merdeka tentu kita memilki kebebasan-kebebasan yang berbeda dengan bangsa terjajah. Kebebasan itu dapat berupa kebebasan mendapat pendidikan, kebebasan bekerja, berkarya, sampai kebebasan yang menyangkut hal-hal kemanusiaan seperti sandang, pangan, dan papan.

Sejak pertama kali memproklamirkan kemerdekaannya 66 tahun yang lalu, Indonesia, sebagai Negara yang merdeka telah mengalami perkembangan yang pesat di berbagai bidang, pembangunan hampir terjadi disegala bidang. Namun seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak” tidak pernah ada yang sempurna selain Tuhan, selalu ada dampak negatif yang muncul, Dampak negatif yang belakangan menimbulkan pertanyaan mendasar yang kini lantang diteriakan oleh rakyat kecil, sejauh mana rakyat menikmati kemerdekaan dan perkembangan tersebut?

Nyatanya dewasa ini kemerdekaan sepertinya hanya dirasakan oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi tinggi, sedangkan orang-orang dengan golongan ekonomi lemah sepertinya masih harus bermimpi untuk dapat menikmati kemerdekaan sepenuhnya, fenomena yang kaya semakin kaya dan yang melarat semakin melarat sepertinya menjadi ironi yang perlu mendapat perhatian khusus di republik ini. Dalam sebuah Pidato di BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Presiden Soekarno pernah mengatakan “Apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya? Pertanyaan bung Karno 66 tahun yang lalu sepertinya layak kita angkat kembali. Keadaan dimana yang kaya semakin kaya dan yang melarat semakin melarat, bukan lagi masalah sepele yang dapat selesai dengan obrolan sore di kedai kopi layaknya masalah hasil pertandingan sepak bola, diperlukan adanya perhatian intensif dari semua pihak yang terkait.

Seperti kita ketahui bersama, perusahaan-perusahaan besar yang oleh bung Karno diidentikan sebagai kapitalis menguasai sektor-sektor industri makro yang merupakan sektor-sektor strategis, Banyaknya tenaga ahli yang memilih bekerja di luar negeri, atau berlomba untuk “mengabdi” diperusahaan multinasional seakan menambah daftar panjang penyebab tidak selesainya persoalan kemiskinan di Indonesia. Perusahaan-perusahan asing yang terkadang menginjak-injak kedaulatan negeri seakan menunjukan bahwa kemerdekaan di Indonesia masih perlu diperjuangkan. Keberadaan perusahaan asing yang hanya membagi 1 sampai 2 persen keuntungan untuk Indonesia diperparah dengan banyaknya tenaga ahli Indonesia yang “dibajak” dengan iming-iming gaji tinggi untuk mengabdi di perusahaan mereka.

Setelah begitu sumber daya alam dan sumber daya manusia di manfaatkan untuk keuntungan pihak asing oleh perusahaan-perusahaan asing tersebut, lalu apa yang tersisa untuk rakyat? Jika keadaannya seperti ini bukankah penjajahan itu masih terjadi hanya saja dalam bentuk yang berbeda yang umum dikenal sebagai “kapitalisme”

Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi hal tersebut. Ketika sektor-sektor makro sudah dikuasai oleh pihak asing, maka pengoptimalan sektor mikro melauli IKM menjadi salah satu opsi yang perlu diambil. Beberapa alasan kenapa IKM perlu dikembangkan adalah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Kemampuan IKM menyerap tenaga kerja lokal, sehingga dapat mengurangi pengangguran, yang menjadi pangkal masalah dari kemiskinan dan meningkatnya kriminalitas, menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan IKM.

Permasalan yang dialami oleh IKM biasanya berkisar pada masalah modal, serta iklim usaha yang kurang kondusif. Pengembangan IKM pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan IKM seperti pemberian bantuan modal, penciptaan iklim usaha yang kondusif, pelatihan, dan lain sebagainya. Pembinaan dan pemantauan lebih lanjut terhadap IKM tersebut dapat dilakukan demi menciptakan nikmat kemerdekaan yang merata. Karena pada dasarnya pengembangan IKM menunjang untuk terjadinya proses “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” dimana rakyat menjadi aktor utama dalam sebuah Negara yang merdeka.

August 8, 2011

Tiba-tiba kangen sekali dengan pacar sayah..



Morning Pray

Tuhan,
Saya tidak bisa tidur
Tolong bangunkan pacar saya, Tuhan
Kirimkanlah seekor nyamuk untuk menggigitnya sedikit saja agar dia terbangun, tapi sedikit saja Tuhan, jangan sampai berbekas, apalagi menimbulkan penyakit. Kalau tidak buatlah agar dia ingin buang air kecil, hingga terbangun. Rasanya saya ingin berbincang dengan dia. Walau sepertinya itu sangat egois, karena saya tahu dia sangat lelah hari ini. Tapi saya sangat rindu dia Tuhan. Saya janji tidak akan terlalu banyak bicara.

Kalau Engkau belum bisa membangunkan dia, tolong buat saya tertidur saja Tuhan.
Saya ingin tidur
Sesimple itu keinginan saya Tuhan.
Amin....

August 3, 2011

Keterbatasan

Nyatanya banyak hal memang diciptakan agar tidak bisa saya taklukan
Sambal, Tikus, sayur kacang, pepaya, dan masih banyak lainnya

Nyatanya ada saat-saat dimana saya hanya bisa diam dan menarik nafas panjang
Menangis, tertawa, atau mungkin menyerah

Keterbatasan itu selalu ada
Agar kita selalu mengingat DIA

August 2, 2011

Satu Kepala Satu Cerita

Playlist bulan Agustus

1. Sore ft Atilia Haron - Silly Little Thing
2. Sir Dandy - Anggur Merah
3. Sebastien Tellier - Roche
4. Sonic Youth - Superstar
5. Coldplay - Life in Technicolor
6. Munthe - Moonshine on the Sky
7. Andien - Pulang
8. Sean Lennon - Parachute