October 31, 2009

Filosofi TAI

Sebagian orang belajar mengenai hidup pada karya tulis para filsuf-filsuf terkenal, pada petuah- petuah orang bijaksana yang dituakan. Sebagian orang lagi belajar mengenai filosofi hidup pada film-film atau buku-buku popular. Ada yang bilang Life is a box of chocolate, kita tidak pernah tau apa yang akan kita dapat. Ada yang mengibaratkan hidup itu seperti masuk ke toko buku dimana ada buku yang berisi ringan dan berisi berat. Ada yang bilang hidup itu adalah rangkaian proses pencarian kebahagiaan untuk kemudian melepaskan kebahagiaan yang lain. Macam-macam lah

Tapi pernahkah kita belajar hidup dari seonggok TAI?? Benda mati yang selalu ingin kita buang yang selalu ingin kita keluarkan dari dalam tubuh kita..

Cobalah belajar mengenai hidup dari seonggok TAI yang memiliki pendirian dan prinsip yang kokoh dan kuat dan menghargai betul jati dirinya. Sebuah TAI tidak pernah mempermasalahkan bentuk fisiknya, mau bulat, mau kotak atau bahkan mau berbentuk monaspun tetap saja dia disebut TAI yang memiliki sifat dan kesan yang sama. Mau berwana hitam, kuning, padat atau cairpun tetap saja ia akan di panggil TAI.

Sebuah TAI pun tidak pernah mempermasalahkan asal usul dirinya. Mau dari pantat sapi, pantat semut atau bahkan pantat seorang Jenderal pun tetap saja dia menyebut dirinya TAI yang minta dikeluarkan dari tubuh untuk kemudian dibuang dan di singkirkan. Pernahkah kamu melihat kumpulan TAI berkelahi didalam septitank hanya karena yang satu berasal dari tubuh Negro dan yang satu lagi berasal dari tubuh seorang kulit putih. Tentu tidak, mereka akan saling mendukung dan melebur jadi satu dalam larutan air tinja.

Sebuah TAI pun sangat menghargai jati diriya. TAI tidak penah malu untuk menunjukan jati dirinya sebagai sebuah benda yang mengeluarkan bau tidak sedap. TAI selalu memberikan kesan yang sama di setiap tempat yang ia singgahi dan dia tidak pernah mau merubah kesan bau itu. Bukankah kita tidak pernah bertemu dengan TAI yang sedang berbelanja deodorant hanya karena dia ingin terkesan wangi.

Jadi belajarlah mengenai hidup dari TAI yang tidak pernah membeda-bedakan asal usul warna kulit atau bahkan bangsa kita, tidak membedakan baik atau buruknya rupa kita. Belajarlah dari TAI yang selalu memberikan kesan yang sama pada setiap tempat yang dia lewati, Belajarlah dari TAI yang tidak pernah ingin menghilangkan jati dirinya. Tidak perlulah mau belajar sesuatu dari TAI, bukankah dia juga sempat jadi bagian dari diri kita. Renungi dan pandangilah TAI itu lalu siram perlahan. Top of Form

Bottom of Form

October 28, 2009

Gila..

Saya tidak sedang gila ataupun sinting ataupun miring atau apapun yang kamu, mereka, dia ataupun orang-orang pintar diluar sana menyebutnya.

Saya hanya sedang bertenggang rasa dengan para orang gila itu. Saya hanya sedang mencari tahu seperti apa rasanya menjadi orang gila, mengetahui seperti apa rasanya tertawa-tawa dan tersenyum sendirian di kesunyian orang-orang yang sedang bersedih. Saya sedang mencari tahu sebenarnya apa yang orang-orang gila itu pikirkan siang dan malam sampe mereka tidak bisa tidur dan menjadi gila. hanya sedang bertenggang rasa dengan para orang gila itu.

Saya hanya sedang mencari tahu seperti apa rasanya menjadi orang gila, mengetahui seperti apa rasanya tertawa-tawa dan tersenyum sendirian di kesunyian orang-orang yang sedang bersedih. Seperti apa rasanya dipandangi orang-orang dengan jijik hanya karena saya hitam, kucel, kotor dan tidak berpakaian. Lalu apa yang mereka rasakan ketika mereka berjalan bertelanjang bulat sementara orang-orang disekitar mereka berpakain walaupun tetap saja tampak telanjang.

Saya mencoba memahami betul apa yang sebenarnya terlintas di pikiran orang-orang yang katanya tidak waras itu, bagaimana bisa mereka berpikiran bahwa ketelanjangan adalah hal yang lumrah dan wajar untuk dipertontonkan, lalu bagaimana dengan para penari telanjang yang suka mempertontonkan ketelanjangan, mengapa mereka di sebut waras, apa hanya karena mereka melakukan itu demi uang maka mereka disebut waras sedangkan para orang sakit jiwa yang melakukan dengan kerelaan dan kelapang dadaan serta tanpa bayaran sedikit pun disebut gila.

Jadi apakah waras atau tidaknya seorang manusia itu dilihat dari suka atau tidaknya mereka pada uang. Apakah mereka di sebut gila hanya karena mereka berbeda dengan kita. Apakah mereka disebut berbeda hanya karena mereka minoritas.

Hilang

Sepertinya saya lelah
Saya terlalu lelah untuk merasa lelah
Terlalu sedih untuk merasa sedih
Bahkan terlalu gila untuk kemudian disebut orang gila
Saya hanya ingin diam
Tanpa kata dan suara
Sendiri dan merasa sepi
Lalu pergi untuk kemudian merasa sunyi
Saya ingin Hilang
Hilang tanpa kata dan suara apalagi air mata
Saya ingin Hilang
Hilang, hilang, dan hilang..
Saya ingin Hilang..

Muak..

Sudah sampai disini
Mari kita akhiri saja kisah ini
Tidak perlulah banyak berfikir lagi
Tanda tangani saja surat cerai itu
Kemudian segeralah pergi berlalu
Tanpa tangis pilu
Apalagi kata-kata sendu

Saya sudah muak dengan kamu
Kepalamu yang keras seperti batu
Bau tubuhmu yang seperti keju dan susu
SAYA MUAK…

October 19, 2009

kemana..

Ingin sekali pergi kesana,
Ketempat manapun di dunia
Bukan surga apalagi neraka
Cukup di dunia saja
Dimana hanya ada saya dan Mariana Renata
Menghabiskan waktu senja dengan tawa dan Canda
Untuk kemudian sesekali menghisap Mariyuana
Sambil berjalan bergandengan tangan di Jalan braga

October 8, 2009

song of the month

1. Mew - 156
2. Imogen Heap - Head Lock
3. Alicia Keys - Doesn't mean anything
4. Cake - Perhaps, perhaps, perhaps
5. U2 - Moment of Surrender
6. Lights - River
7. Kings Of Convinience - Boat behind
8. Thom Yorke - Analyse
9. Slipknot - Vermillion
10.Bombay Bicycle Club - Always Like This

October 7, 2009

Menunggu

Aku Terjebak diantara waktu-waktu semu
Menunggu datangnya mimpi-mimpi itu
Dan Aku rindu

Menunggu disini sepi dan sendiri
Tak punya daya untuk berlari pergi
Menghabiskan senja biru tanpa pelangi
Menunggu kamu untuk segera peduli

Haruskah aku tetap menunggu
Melewatkan hari-hari berlalu semu
Tanpa tangisan dan suara sendu
Lalu tanpa sadar telah menghabiskan 13 batang cerutu

Lalu apakah kamu akan tiba
Untuk kemudian tersenyum dan menghadirkan tawa
Dan memberikan semua rasa ceria
Yang pada akhirnya memberikan akhir Cerita yang Bahagia

Ataukah kamu hanya akan terbang dan berlari
Meninggalkan aku disni sepi dan sendiri
Yang terlalu lelah untuk segera pergi

October 6, 2009

antara hitam, putih, dan mewarnai

Seorang guru mata pelajaran Seni Rupa berkumis tebal pernah mengajarkan kepada saya tentang warna-warna primer, yaitu warna inti atau asli yang bukan merupakan campuran warna lain. Bapak berkumis tebal itu berkata hanya ada 3 warna primer yaitu Merah, Kuning dan Biru. Selain ketiga warna tersebut warna lain hanyalah warna sekunder yang dihasilkan dari campuran antara warna-warna pokok tersebut. Ada hijau yang merupakan campuran biru dan kuning, ada ungu yang merupakan campuran biru dan merah, ada orange yang dihasilkan dari perpaduan kuning dan merah. Dan warna-warna lain yang merupakan kombinasi dari ketiga warna tersebut.

Selain ketiga warna primer tersebut, ada dua warna lain yang selalu menjadi warna sentral atau warna yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua warna tersebut adalah hitam dan putih. Putih diibaratkan sebagai warna penetral dan hitam sebagai pemekat (hmmph…saya tidak yakin ini ini jadi kata yang tepat). Putih diibaratkan sebagai ketiadaan campuran warna dan hitam dapat kita ibaratkan sebagai terlalu banyaknya campuran warna. Tugas kedua warna ini sangat mudah, hitam bertugas untuk memperkuat warna sedangkan putih bertugas untuk memperlemah warna. Warna merah akan menjadi merah tua jika di tambah warna hitam sedikit dan akan menjadi warna merah muda jika di tambah warna putih, begitupun dengan warna lainnya.

Lewat renungan yang saya alami, saya tersadar akan persamaan sifat manusia dengan sifat warna. Manusia juga memiliki sifat-sifat pokok atau sifat dasar yaitu sifat utama yang menjadi pembentuk kepribadian atau perilaku mereka. Terlepas dari baik atau buruknya sifat pokok mereka, sifat-sifat pokok itu bisa saling bercampur membentuk sifat-sifat baru, dan akhirnya membentuk suatu kepribadian yang akan menghasilkan perilaku tertentu dari seorang manusia.

Selain sifat-sifat dasar tersebut, ada juga sifat yang berfungsi untuk memperkuat atau memperlemah sifat-sifat dasar manusia, kita sebut saja sifat baik dan buruk, sifat baik dapat kita ibaratkan sebagai sifat putih dan sifat buruk bisa kita ibaratkan hitam. Sebagai contoh orang yang memiliki sifat dasar jujur akan semakin jujur jika ia selalu menambahkan sifat putih pada sifat dasarnya, sebaliknya kejujurannya itu dapat terkikis apabila ia terlalu banyak menambahkan sifat hitam dalam sifat jujurnya, bahkan bisa saja jika dia terlalu banyak menambahkan warna lain dalam sifat jujurnya, maka sifat jujur itu akan hilang dan berganti dengan sifat lain terlepas sifat itu baik atau buruk.

Ternyata yang perlu kita lakukan adalah senantiasa menambahkan warna hitam dan putih dalam sifat dan perilaku kita secara pas dan seusiai komposisi karena mungkin terlalu putih atau terlalu hitam hanya akan membawa dampak tidak baik bagi kita. Cukup menambahkan secukupnya warna putih dan warna hitam sehingga muncul warna yang baik dan sesuai selera kita, bukan merah yang tertalu pekat, kuning yang terlalu muda, atau bahkan biru yang biasa-biasa saja.