January 30, 2012
-dewi lestari-
January 28, 2012
January 27, 2012
January 26, 2012
Mimpi
Bisa saja malam ini kita bermimpi tentang indahnya saat-saat berkencan dengan kekasih untuk yang pertama kali, duduk berhadapan di warung kaki lima, membicarakan tentang film atau buku favorit sambil diiringi lagu-lagu dari musisi jalanan. Atau bisa saja kita bermimpi bertemu dengan idola kita, bermimpi diajarkan tendangan melengkung oleh David Beckham misalnya, atau mimpi bertemu Pramoedya Ananta Toer, dan dia bilang "fuad, tulisan kamu sampah", begitupun sudah indah bukan.
Namun bisa saja malam ini kita bermimpi buruk, bertemu sang nenek yang rambutnya putih, pakai baju hitam, bawa sapu lidi, dan katanya penyihir, lalu sambil tertawa hihihihi dia memasukan kamu ke wajan untuk dijadikan makan malam monster tikus yang lebih besar dari pada tabung gas elpiji. Atau bisa apa saja, mimpi dipukuli banci misalnya, atau mimpi menjadi kera sakti yang pergi mencari kitab suci.
Bagus atau jelek, indah atau buruk, toh mimpi tetap harus dijalani, entah dengan keterpaksaan atau kerelaan hati. Mimpi harus tetap kita jalani sampai akhirnya kita bangun. Selesai atau tidaknya cerita mimpi kita, tetap harus diakhiri, karena mimpi tidak pernah selamanya.
January 23, 2012
Rumah
-Raditya Dika-
January 19, 2012
After Midnight
January 18, 2012
Hidup itu Bersyukur
Bersyukur
Puluhan orang mengantri diloket yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan jasa pengobatan yang murah, atau mungkin gratis. tidak peduli panas, tidak peduli lelah, bau, pengap, dan tentu tidak peduli kalau sedang sakit. Semuanya dilakukan entah dengan keterpaksaan atau dengan kerelaan hati, tapi yang jelas semuanya tetap dilakukan, demi untuk mendapatkan jasa pengobatan, biar bisa sembuh. Bisa sehat lagi. Dan tentu saja biar bisa tetap hidup.
January 17, 2012
bukan Kita
Saling mengerti untuk kemudian mencintai
Kita tidak akan pernah satu karena memang tidak begitu
Kita sepasang
Aku dan Kamu
Bukan Kita
Karena Kita tidak akan pernah sesederhana aku dan kamu
Karena dalam kesederhanaan aku dan kamu bersatu
January 15, 2012
Kesederhanaan itu sulit
Ada ungkapan yang sekilas terdengar sangat sepele namun bermakna begitu dalam "Life is simple game, but it's hard to play simple" Menjadi sederhana itu tidak mudah, tidak bisa instan, dan tentu saja tidak se-sederhana keliatannya.
Analoginya sama seperti mengejar kebahagiaan, semakin gencar seseorang mengejar kebahagiaan, maka semakin tidak bahagia dia. Kebahagiaan itu bukan untuk dikejar tapi untuk dirasakan, toh kebahagiaan itu bisa kita temukan dimanapun asal kita mampu merasakan dan mensyukurinya. Begitu juga dengan kesederhanaan, semakin berusaha kita menjadi sederhana maka semakin tidak sederhana kita.
Kalau ada yang bertanya apakah kesederhanaan itu relatif. Tentu akan saya jawab iya. Pernah dengar restoran padang dengan nama "Sederhana", untuk beberapa orang mungkin makan di situ sudah merupakan bentuk kesederhanaan. Bentuk dari sikap membumi. Tidak Boros. Namun bagi saya sepertinya akan jauh lebih sederhana kalau saya makan di restoran padang yang lain. Yang lebih murah.
Sekali lagi makna kesederhanaan itu relatif, ada justifikasi yang berbeda untuk tiap individu. Sederhana menurut kakak tampan disana belum tentu sama dengan sederhana menurut om tambun yang duduk dibalik meja kerja sambil bermain facebook. Tapi yang pasti dalam kesederhanaan kita banyak belajar.
Terima Saja
Tidak perlulah saya tuliskan apa isi pertanyaannya, karena jujur saya juga sudah lupa. Tapi saya masih ingat betul apa jawaban yang dia berikan. Jawaban yang dia berikan kira-kira seperti ini:
"Sekarang mah terima aja dulu, toh kalau saya jelasin juga gak akan paham, ilmunya belum nyampe situ. Terima aja dulu, nanti juga kerasa manfaatnya"
Kita sering kali bertanya kenapa begini, kenapa begitu, apa ini dan apa itu. Bukan hal yang buruk tentunya, mengingat hidup itu harus berawal dari keingintahuan. Tapi bukankah tidak selamanya kita bisa mengetahui apa yang ingin kita ketahui. Siapa pacar pertama Ariel Peterpan? Siapa sebetulnya yang mengajarkan Bung Karno berhitung? Siapa sebetulnya panji manusia milenium? Untuk yang satu ini mungkin beberapa orang tahu kalau itu Primus. Tapi nyatanya masih banyak pertanyaan yang sebetulnya masih belum jelas apa jawabannya.
Dulu waktu saya masih duduk di sekolah dasar, guru saya mengajarkan banyak hal dari mulai membaca dengan huruf alphabet, berhitung dengan angka-angka, perkalian, penjumlahan, sampai yang rumit seperti menghitung uang. Seingat saya tidak ada satupun teman saya yang bertanya "Bu, kenapa kita harus belajar menghitung?", "Kenapa kita harus bisa membaca", "Kenapa Ibu kokom, menikah lagi?" Seingat saya tidak.
I'm Sick Of Saying
‘we should have won that game!’
Why? Because we’ve had 60% possession and 15 more shots than our opponents in said game?
We need as fans and players to stop and think, wait just because we’re Liverpool Football Club, that doesn’t give us the divine right to win games against Stoke, Norwich, Swansea, Blackburn, Sunderland and Wigan etc with ease. We need to start digging in and digging out goals, I’ve just watched a game in which Dirk Kuyt misses chances of ease and Andy Carroll failed to make an impact in another game after coming on as a substitute. The most disappointing thing about that is that it’s hard to argue that they’re to blame for this.
In the summer we went out and bought some of the players that in the 10/11 season created the most chances for their respective clubs, Charlie Adam, Stewart Downing and Jordan Henderson. All three have put in shifts, but for a club like Liverpool a ‘shift’ is not enough.
When we bought in Luis Suarez I thought, thank goodness we aren’t going to be seen as a ‘one man team’ like we were for a time under the guidance of Steven Gerrard. Sadly it’s becoming more evident that when Luis Suarez doesn’t play we struggle to even pull off shots on target. Even when Suarez DOES play we still fail to find the net.
It speaks volumes when you reveal that Norwich, Newcastle, Bolton and Blackburn are just some of the teams that have scored more goals than us this season. We’ve spent millions and millions of pounds and for what? To build for the future? Or to be 13 points off the top of the Premier League as I write this?
I love the club but I dare say that if Kenny Dalglish wasn’t in charge we’d be giving whom ever was absolute pelters. We are by know means close to the time under Roy Hodgson and for that I’m incredibly thankful but we’re just not good enough. After spending over £120 million pounds are we really seeing the results that even the management team expected? Of course not but the question is surely why?!
If I were John Henry and co. I’d struggle to release more funds for more future improvement. It’s a worry because we do need a striker to relieve some pressure upfront and a defensive midfielder is a must for 6 months and beyond due to the Lucas injury. It’s interesting to see Raheem Sterling train with the first team recently, maybe a sign of things to come. Last year we stood out for developing our youth, are we going to put more trust onto young shoulders? Only time will tell.
To summarise, right now we’re not good enough, we’ve heaps of potential but we need to attract more players of quality and to do that we need Champions League football. I think it’s good to spark debate with this posts and so I’ll put it to the fans, what needs to be done?
YNWA
Sumber: www.empireofthekop.com
January 13, 2012
January 11, 2012
Sahabat
"Pu, lo gak bisa nerusin cara bertemen lo yang kaya gini, temen banyak tapi kenalan semua statusnya, cari sahabat"
"Emang kenapa?, saya bahagia ko begini, banyak temen, gak terlalu terikat"
"Tapi someday kalo lo ada masalah, trus butuh seseorang buat bersandar, lo bakal bingung siapa yang bisa diandelin"
Tidak salah memang, selama ini saya sedikit menjaga jarak terhadap personal-personal yang mungkin bisa dibilang mengajak saya masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang lebih kecil, lebih khusus, dan lebih terikat. Bukannya saya sombong atau bagaimana, tapi saya hanya tidak ingin terikat.
Terikat itu membuat peluang saya untuk menyakiti dan disakiti, mengecewakan dan dikecewakan menjadi semakin besar. Menurut saya terikat itu bisa dianalogikan layaknya memiliki sesuatu. Ketika kita siap untuk memiliki sesuatu maka kita harus siap kehilangan, semakin kita memiliki maka akan semakin sakit nantinya saat kita kehilangan.
Saya bukannya tidak punya sahabat, saya masih manusia sosial dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Saya memiliki beberapa sahabat yang walau tidak banyak tapi begitu dapat diandalkan. Hanya saja mungkin definisi sahabat buat saya agak berbeda dengan orang kebanyakan.
Hanya karena seorang teman mau menemani kamu makan pisang goreng sambil mendengarkan kamu bercerita tentang kegalauan kamu, tidak lantas membuat dia menjadi sahabat kamu. Hanya karena seorang teman memberi jawaban saat ujian atau mengucapkan ulang tahun lewat twitter, tidak juga lantas membuat dia menjadi sahabat kamu.
Buat saya sahabat itu lebih dari sekedar orang yang mau mendengarkan saya berkeluh kesah tentang hidup saya, tentang kepatah hatian saya, tentang masalah-masalah saya. Lebih dari itu. Buat saya sahabat itu lebih dari itu semua. Kalau boleh mengutip sedikit pepatah "people are changing and friendship can only last if we appreciate each other's changes" Sahabat itu orang yang akan selalu menerima kita apa adanya, sebesar apapun perubahan yang terjadi sama kita atau hidup kita, seorang sahabat akan tetap melihat kita dari sisi yang sama. Sisi positif. Dan buat saya mencari orang seperti itu tidak mudah, mungkin kita harus menjalani saat-saat tersulit untuk tau siapa sebetulnya sahabat itu.
Sekali lagi saya bukannya ingin mengkritik atau bagaimana, sah-sah saja buat kebanyakan orang menganggap semua temannya itu sebagai sahabat, bahkan saya pernah bertemu dengan seorang teman yang dengan bangga menyebut seluruh teman dalam ganknya sebagai sahabat namun ketika sedang tidak bersama, mereka membicarakan keburukan satu sama lain. Sah-sah saja memang, sama sekali tidak salah, karena menurut saya pertemanan itu tidak ada hubungan nya dengan benar dan salah.
Semakin mudah orang-orang memanggil temannya itu sahabat membuat definisi sahabat itu semakin melebar, semakin luas, namun semakin kering. Semakin dangkal. Hal yang menurut saya sangat disayangkan, karena buat saya definisi sahabat itu dalam jauh lebih dalam dari hanya sekedar pertemanan. Sahabat itu sakral, bahkan jauh lebih sakral dari hanya sekedar kekasih.
sentimental
Benar-benar bertemu,
Mentertawakan masa lalu dan merencanakan masa depan. Mentertawai dan ditertawai.
Kapan lagi kita bertemu?
Sekedar menyapa apa kabar, berbagi berbatang-batang rokok dan secangkir kopi susu
Kapan Lagi kita bertemu?
Berbincang dan tertawa di musim yang entah akan kita namai apa.
January 10, 2012
-Soeharto-
kini
"After a hurricane comes a rainbow"
hmmmph..
Apakah kata-kata tersebut masih bisa digunakan sebagai penghibur diri ketika kita sedang memiliki masalah?
Dulu ketika saya masih duduk di sekolah dasar, dengan kemeja putih dan celana pendek warna merah, hampir setiap habis hujan di sore hari saya bisa melihat lengkungan pelangi mejikuhibiniu di langit.
Tapi sekarang nyatanya tidak seperti tu, seingat saya sebulan kemarin hampir setiap hari hujan, tapi tidak sekalipun saya melihat pelangi.
January 9, 2012
January 8, 2012
Takut
Saya takut mati.
Saya takut kalau ketika saya mati orang-orang yang saya sayangi tidak ada di sekitar saya untuk sekedar memegang tangan saya dan membimbing saya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Perhatian
Pria 2 : Aduh lieur urang uy, stress
Pria 1 : Mun butuh sound system, organ tunggal. atau akustik, bisa melalui urang
Pria 2 : Haseum...
January 7, 2012
Apa Kabar
Langsung saja pada intinya...
*jreng-jreng*
Jadi waktu saya masuk ke ruang tata usaha buat tanya nilai, disana saya ketemu dosen saya yang saat itu sudah jadi ibu-ibu. Dosen saya itu tersenyum ketika melihat saya, dengan antusias beliau menyapa "Heeii Fuad, apa kabar?"
"Ehh ibu, ibu apa kabar?, mau pulang bu?"
"Iya nih, saya duluan yah"
"Iya bu hati-hati dijalan bu"
Kejadian yang berlalu saja, tidak membuat saya galau lalu melamun.Tidak. Tidak juga membuat saya lalu berfikir keras memikirkan makna dari peristiwa tersebut. Tidak. Dan tentu saja tidak juga membuat saya melompat-lompat karena senang. Karena girang, seperti ketika saya membuat gol. Biasa saja, tersenyum juga tidak. Benar-benar biaSSa! (huruf S nya dua dan kapital, biar keliatan lebih tegas *soktau*).
Selanjutnya, beberapa waktu kemudian, setengah atau satu jam kemudian kalau tidak salah, ketika saya sedang berjalan bersama pacar saya dan kedua temannya yang juga teman saya, salah seorang dari teman kami tersebut juga bertanya pada saya, dengan sopan santun yang luar biasa baik.
"Fuad, apa kabar?"
Dengan kikuk saya menjawab"Eeeh, yaa begitu-begitu saja"
Hari itu, yang tidak lain adalah hari kemarin. Hari Jumat tanggal enam januari dua ribu dua belas, ada dua orang yang bertanya tentang kabar saya. Mungkin sekilas biasa saja, iya biasa saja, walau tidak pakai dua s yang besar-besar, karena masih mungkin.
Tapi tahukah kamu, kalau donat itu tidak selamanya berlubang, kalau pelangi tidak selamanya datang setelah hujan reda, tidak selamanya syahrini itu menggelikan, dan tentu saja tidak selamanya mendung itu kelabu. Tahukah kamu kalau beberapa menit setelah pertanyaan teman saya tentang kabar saya itu, membuat saya menyadari bahwa begitu banyak orang baik di sekitar saya.
Beberapa waktu lalu, saya pernah membaca sebuah tulisan, dimana, dan siapa yang menulis itu saya lupa, tapi intinya berbunyi begini
Tidak salah memang, belakangan yang saya saksikan di televisi memang seperti itu, ada pemerkosaan ayah ke anak tiri, ada pejabat-pejabat yang entah kenapa tiba-tiba ingin membeli mobil buatan anak STM, padahal masih ada beberapa mobil lain parkir di garasi rumahnya, ada pembantaian orang. Sungguh mengerikan memang. Walau masih kalah mengerikan dengan pria-pria dengan rambut pirang KW dua belas yang menari-nari sambil mangap-mangap pura-pura bernyanyi layaknya ikan maskoki, atau penyanyi dangdut yang entah kenapa bernyanyi sambil berakting kesurupan, bergetar-getar seperti HP saya ketika ada sms.
Tapi kalau kita mau melihat lebih dalam, lebih mau merasakan. Nyatanya masih banyak hal-hal indah di sekitar kita. Masih ada Gugun Blues Shelter diantara puluhan semi pria yang mengaku boy band, masih ada acara edukasi tentang permainan rakyat diantara ratusan sinema elektronik yang mensinetronisasi kehidupan kita. Masih ada acara yang memperlihatkan betapa indahnya alam Indonesia dari pada sekedar tontotan tentang anak tanggung yang berlari-lari mempermainkan ular. Kasih sayang dan kebaikan nyatanya selalu ada di sekitar kita seburuk atau sekotor apapun lingkungan itu.
Sapaan "apa kabar" atau "permisi" atau "punten" atau ucapan "terima kasih" mungkin terdengar seperti basa basi. Pelengkap. Namun bukankah basa-basi tadi itu bagian dari kasih sayang, terlepas dari tulus atau tidaknya, setidaknya ada bentuk perhatian yang muncul dari basa basi tersebut. Ada usaha untuk menghargai, tidak main bakar tanpa bertanya terlebih dahulu, tidak main pukul tanpa permisi.
Dua pertanyaan "apa kabar" yang ditanyakan kemarin membuat saya tersadar, bahwa terkadang basa-basi itu perlu, untuk mengajarkan kita tentang bagaimana menghargai, menyayangi. Terlepas tulus atau tidaknya ucapan tersebut, setidaknya kita telah mencoba untuk berbuat baik. Berbuat sopan.
January 5, 2012
January 4, 2012
Gila
Pacar : Di hatimu
Saya : What took you so long? saya udah di pelaminan dari tadi
Pacar : Kamu salah pelaminan --'
Moment of Surrender
Mungkin saya hanya ingin duduk bersanding dengan pacar saya
Berpegangan tangan Memandang jauh ke langit yang perlahan gelap
Memandang ribuan kerlip lampu yang perlahan menyala bersama
Mendengar kan lagu pop sambil sesekali saling memandang
Sesekali memanggil namun begitu berarti
Nanti..
January 3, 2012
January 1, 2012
Terima Kasih
"Tadi Kapan?"
Tadi. Barusan. Baru saja. Sekitar jam 14. Iya saya dimarahi satpam. Sambil melak cangkeng beliau menghampiri saya yang saat itu sedang mengeluarkan motor.
"Kamu gak akan bilang makasih sama saya udah jagain motor kamu?"
Jujur saya heran. Kaget. Terkejut. Meski tidak sampai lompat. Saya tidak tahu apakah si beliau itu sedang sensi atau apa. Mungkin sedang tidak punya uang. Atau istrinya sedang datang bulan. Atau memang bad sex life. Atau memang belum beristri. Karena memang bukan saya saja yang pergi tanpa bilang terima kasih. Ada teman saya juga. Yang tinggi. Yang orang Bali. Ataukah memang saya yang dimarahi karena saya yang pulang lebih akhir.
Tapi setahu saya semua yang terjadi memang sudah ada maksud dan maknanya. Seingat saya, saya memang jarang mengucapkan terima kasih. Tidak tahu kenapa. Mungkin memang sudah jadi sifat saya. Sifat buruk. Sifat yang melengkapi sifat baik saya kalaulah memang ada.
Mungkin si beliau itu di kirim oleh Allah SWT untuk mengingatkan saya untuk lebih menghargai sekitar. Tuhan. Keluarga. Pacar. Teman. Kenalan. Pohon Anggrek mamah. Kucing. Batu. Say Thank you memang bukan kewajiban, tapi mungkin salah satu bentuk kesopanan. Kepatutan. Bentuk penghargaan kita terhadap lingkungan. Kalau untuk bilang terima kasih saja saya pelit bagaimana saya bisa menuntut lingkungan untuk lebih menghargai saya.
si beliau sudah mengajarkan saya untuk lebih menghargai lingkungan. Melakukan hal yang mungkin kecil tapi tidak berarti sepele. Hal mudah yang hampir setiap orang yang mampu berucap mampu melakukannya. Mengucapkan Terima Kasih. Tengkyu. Nuhun.
Nuhun ah..
Playlist Januari 2012
2. Titiek Puspa - Minah Gadis Dusun
3. Anggun C Sasmi - Tua Tua Keladi
4. Bob Tutupli - Widuri
5. Ahmad Albar - Zakia
6. P. Ramlee - Dimana Kan Ku Cari Ganti
7. Elly Kasim - Kacang Goreng
8. Veris Yamamo - Bunga Serodja
9. Bing Slamet - Lenggang Mak Limah
10. J. Mizan - Senandung Malam