June 11, 2009

Ruang Paralel

Ruang dan waktu sebagai dimensi utama dalam sebuah kelangsungan hidup manusia menyebabkan manusia dapat mengalamai satu peristiwa pada satu waktu tertentu disatu ruang tertentu. Pertandingan sepak bola jam 09:00 di lapangan Rio de Jainero. Tabrakan mobil beruntun jam 09:00 di Cipularang. Hujan jam 09:00 di alun-alun Bandung. Luna Maya bernyanyi di Cianjur jam 09:00 Seluruh peristiwa, sepak bola, pemilihan Tabrakan mobil beruntun, dan hujan sampai Luna Maya bernyanyi terjadi dalam satu ruang dan waktu tertentu. Tidak mungkin ditempat lain terjadi peristiwa yang sama yang melibatkan komponen-komponen yang sama dalam waktu yang sama. Tidak mungkin pada jam 09:00 itu Luna Maya bernanyi di Surabaya, karena saat itu dia berada di Cianjur. Mungkin saja di tempat lain ada pertandingan bola, tetapi tentu bukan pertandingan yang melibatkan tim yang sama di lapangan yang sama. Tidak mungkin dialun-alun Bandung pada pukul 09:00 tersebut trun salju. Begitu pula dengan tabrakan beruntun, mungkin saja pada pukul 09:00 tersebut terjadi tabrakan beruntun di Jakarta, tetapi tentu saja bukan mobi yang sama dengan mobil yang bertabrakan di Cipularang. Jadi dalam satu ruang tertentu hanya dapat terjadi satu kejadian dalam satu waktu tertentu.

Sekarang bayangkan bagaimana jika dunia ini Cuma memiliki satu dimensi ruang, bagaimana jika dalam satu dimensi waktu yang sama terdapat beberapa dimensi ruang.

Didunia yang, terdapat beberapa dimensi ruang yang berbeda tetapi hanya satu dimensi waktu tertentu. Setiap dimensi memiliki partikel atau komponen hidup yang sama. Setiap dimensi ruang juga meiliki alur cerita yang berbeda yang dialami oleh seluruh komponen didalamnya. Artinya di setiap dimensi ruang yang ada terdapat semua pelaku kehidupan baik itu mahluk hidup atau benda mati yang sama. Ada Marylin Monroe di setiap dimensi, ada Kurt Cobain, ada Saya dan tentu saja ada kamu di setiap dimensi ruang yang ada. Dan Tentu saja di tiap dimensi ruang terdapat alur cerita yang berbeda, di dimensi ruang yang pertama Kurt Cobain menjadi Vokalis Nirvana, tetapi mungkin di dimensi ruang lain dia menjadi seorang akuntan atau pemain sepak bola.

Hari ini tanggal 11 June 2009 pukul 19:00 GMT di tepi jalan Braga ada saya dan Mariana Renata sedang menghirup Arabika bersama untuk kemudian tertawa-tawa. Pada saat yang sama tetapi pada dimensi ruang yang berbeda kita sebut saja dimensi ruang yang kedua ada saya dan kedua sahabat saya di bukit Bintang sedang berlari-lari sambil memaki “babi” karena terantuk kaki. Di dimensi yang ketiga tampak pada tanggal 11 June 2009 pukul 19:00 GMT itu saya sedang asyik bermain balon di pinggiran kota London bersama dua anak gadis bloon berbau cologne yang juga sedang asyik sedang mendengarkan lagu Delon.

Ketiga peristiwa tersebut melibatkan satu orang yang sama yaitu saya dan waktu yang sama yaitu 11 June 2009 pukul 19:00 GMT tetapi dalam ruang yang berbeda dengan alur cerita yang berbeda-beda.

June 9, 2009

Antara Bhineka Tunggal Ika, Kemajemukan, dan Trend Paket Hemat

Masih tergambar jelas dalam ingatan hari dimana saya untuk pertama kalinya berseragam sekolah putih merah, hari dimana saya harus masuk keruang 9, ruangan untuk kelas anak kelas satu. Diliputi dengan perasaan asing dan malu-malu kucing, ketika sebelah kaki saya melangkah masuk diikuti oleh tatapan mata mencari objek menarik , dan akhirnya mata itu terkunci patung kayu mencolok diantara dua gambar pemimpin Negara. Patung burung garuda dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”.


Saya sadari betapa besar harapan dari sang penggagas semboyan Negara itu. Beliau sadari kemajemukan yang tercipta di negeri ini, dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau yang sambung menyambung dengan beragam kebudayaan dan pemikiran. Mungkin harapan beliau-beliau hanya ingin melihat timbulnya rasa persaudaraan, timbulnya satu rasa memiliki terhadap negeri ini.


Lihatlah hari ini kemajemukan itu kian terlihat, beragam suku bangsa dan kebiasaan berbaur dalam satu alat transportasi yang sama. Di tiap sudut kota tampak berbagai etnis berbaur menjadi satu Tapi sayanganya kemajemukan bangsa ini tidaklah dibarengi dengan beragamnya selera dan karya yang dihasilkan. Sepertinya masyarakat ini terjebak dalam pola hidup paket hemat restoran cepat saji. Semua orang ingin serba seragam mereka lebih cenderung mengikuti trend dari pada menciptakan trend baru.


Dewasa ini masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa dengan mengikuti trend, mereka telah mengukuhkan eksistensi mereka sebagai mahluk hidup. Masyarakat seperti ini selalu beranggapan bahwa mengikuti trend dapat menghasilkan suatu perasaan bangga yang umumnya di konotasikan sebagai gengsi. Mereka umumnya mengikuti trend melihat orang lain melakukannya juga, bukan karena mereka benar-benar ingin atau butuh. Sebagai contoh lihatlah para pemakai smart phone yang bahkan tidak menggunakan seluruh fitur-fitur dalam ponsel mereka, hal itu karena mereka sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan jenis ponsel seperti itu. Contoh lain lihatlah orang-orang yang menyaksikan festival musik Jazz terbesar di Indonesia, banyak dari para pengunjung yang hanya duduk saja di pinggir panggung tanpa sedikitpun menyaksikan pertunjukan, hal itu di karenakan mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin menonton acara tersebut, mereka hanya mengikuti trend yang sedang ada demi gengsi semata saja. Mereka bahkan tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.


Sadari atau tidak ada pihak-pihak capital tersenyum simpul sambil menggoyang-goyangkan kakinya melihat menjamurnya pola hidup masyarakat paket hemat seperti ini.

June 8, 2009

Fake Smile...

Sepulang dari bermain bola sore tadi, saya sempatkan sejenak menonton televisi, setelah kurang lebih lima menit mencari stasiun TV yang mungkin menyajikan acara yang sedikit berbobot, akhirnya saya berhenti di angka 5 dimana Stasiun Televisi Swasta yang saya pilih sedang menyiarkan suatu ajang kecantikan. Saya pikir, dari pada saya menonoton sinema elektronik dengan tema perselingkuhan dan perebutan harta warisan, lebih baik saya menonton ajang kecantikan itu. Walaupun menunjukan puluhan wanita tinngi langsing ber “make up satu senti” tapi siapa tau ada yang cantik dan kelak jadi istri saya.

Setelah lima belas menit berselang saya perhatikan rupanya para wanita itu selalu memajang senyum mereka lebar-lebar, tampak sekali setiap kamera menyorot muka mereka yang kata orang tua mereka cantik itu terdapat lengkungan bibir yang juga memperhatikan betapa putih gigi mereka.

Saya kemudian tertawa sendiri tentu saja bukan karena gila atau ada yang lucu, saya hanya berpikir apakah mereka itu tidak pegal, sepanjang acara berdiri melak cangkeng dan memperlihatkan gigi-gigi mereka. Apakah memang mereka harus senyum selebar itu, apakah gigi mereka tidak kering karena terlalu lama dipajang. Sepanjang lama semakin saya perhatikan ekspresi-ekspresi mereka, tampak mereka semaikn lelah memperlihatkan senyum palsu itu, sepertinya ada keinginan yang besar untuk segera pergi ke backstage untuk menutup mulut mereka untuk kemudian membahasi gigi mereka dengan air yang mengandung enzim Ptialin.

June 2, 2009

Semakin Jauh dari Tanah

Bayangkan hari dimana populasi manusia yang terus bertambah sedangkan luas Planet bumi yang tidak pernah bertambah. Bayangkan lah hari dimana luas permukaan bumi sudah tidak bisa lagi ditinggali oleh sejumlah manusia yang terus bertambah tanpa terkendali, Sepertinya semakin sulit saja kita tinggal tepat diatas tanah, sepertinya pada masa itu akan sekali kita menemukan rumah-rumah dengan halaman luas dan kebun bunga menghiasi pekarangan rumah.

Pada saat itu tempat tinggal manusia akan semakin mendekati langit dan semakin jauh dari tanah, saat ini sebenarnya dampak dari ledakan penduduk itu sudah sedikit terlihat, lihat saja mulai berdirinya gedung-gedung pencakar lagit yang digunakan untuk menjadi tempat tinggal atau yang lazim kita sebut apartemen. Pada saat itu seluruh permukaan tanah akan tertutup oleh bangunan yang digunakan untuk kepentingan manusia. Pada saat itu anak-anak kecil tidak pernah melihat warna sebenarnya dari tanah, mereka hanya tau tanah itu hitam, mereka hanya bisa membaca tentang tanah dari ensiklopedia, tanpa pernah melihat langsung bagai mana sebenarnya tanah itu.

Pada saat itu sejauh mata kita memandang hanya akan tampak bangunan-bangunan tinggi yang digunakan manusia untuk tinggal. Semua taman bermain, rumah sakit, dan pasar pun akan dibangun diatas gedung bertingkat, bahkan tempat pemakaman juga akan berupa gedung pencakar langit.

Pada saat itu tidak ada lagi kendaraan-kendaraan yang berjalan diatas permukaan tanah, semua alat transportasi merupakan sebuah benda yang dapat melayang di udara, pada saat dimana seluruh permukaan tanah tertutup bangunan maka langit akan ramai oleh benda asing yang berlalu lalang.

June 1, 2009

Nonton Pure Saturday..

Akhirnya setelah hampir dua tahun saya tidak melihat penampilan band yang saya sangat sukai, hari sabtu kemarin bersama si mantan pacar, saya pun menyempatkan diri untuk menyaksikan penampilan PS di Ouval Buah Batu. Senang rasanya bisa kembali menyaksikan band indie legendaris tersebut.

Penampilan Pure Saturday di buka dengan lagu "Latter..the saddest Word Down" lalu dilanjutkan dengan “Buka” “Elora” dan “Pathetic Waltz” Penampilan mereka pun ditutup dengan lagu “Pagi” yang berasal dari album ke empat mereka. Sayang hanya lima lagu yang mereka bawakan, tetapi lima lagu rasanya cukup untuk sedikit memberi senyuman di wajah saya yang entah kenapa pada hari itu terasa berat untuk tersenyum.