January 11, 2012

Sahabat

Dulu ada seorang teman saya pernah berkata
"Pu, lo gak bisa nerusin cara bertemen lo yang kaya gini, temen banyak tapi kenalan semua statusnya, cari sahabat"
"Emang kenapa?, saya bahagia ko begini, banyak temen, gak terlalu terikat"
"Tapi someday kalo lo ada masalah, trus butuh seseorang buat bersandar, lo bakal bingung siapa yang bisa diandelin"

Tidak salah memang, selama ini saya sedikit menjaga jarak terhadap personal-personal yang mungkin bisa dibilang mengajak saya masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang lebih kecil, lebih khusus, dan lebih terikat. Bukannya saya sombong atau bagaimana, tapi saya hanya tidak ingin terikat.

Terikat itu membuat peluang saya untuk menyakiti dan disakiti, mengecewakan dan dikecewakan menjadi semakin besar. Menurut saya terikat itu bisa dianalogikan layaknya memiliki sesuatu. Ketika kita siap untuk memiliki sesuatu maka kita harus siap kehilangan, semakin kita memiliki maka akan semakin sakit nantinya saat kita kehilangan.

Saya bukannya tidak punya sahabat, saya masih manusia sosial dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Saya memiliki beberapa sahabat yang walau tidak banyak tapi begitu dapat diandalkan. Hanya saja mungkin definisi sahabat buat saya agak berbeda dengan orang kebanyakan.

Hanya karena seorang teman mau menemani kamu makan pisang goreng sambil mendengarkan kamu bercerita tentang kegalauan kamu, tidak lantas membuat dia menjadi sahabat kamu. Hanya karena seorang teman memberi jawaban saat ujian atau mengucapkan ulang tahun lewat twitter, tidak juga lantas membuat dia menjadi sahabat kamu.

Buat saya sahabat itu lebih dari sekedar orang yang mau mendengarkan saya berkeluh kesah tentang hidup saya, tentang kepatah hatian saya, tentang masalah-masalah saya. Lebih dari itu. Buat saya sahabat itu lebih dari itu semua. Kalau boleh mengutip sedikit pepatah "people are changing and friendship can only last if we appreciate each other's changes" Sahabat itu orang yang akan selalu menerima kita apa adanya, sebesar apapun perubahan yang terjadi sama kita atau hidup kita, seorang sahabat akan tetap melihat kita dari sisi yang sama. Sisi positif. Dan buat saya mencari orang seperti itu tidak mudah, mungkin kita harus menjalani saat-saat tersulit untuk tau siapa sebetulnya sahabat itu.

Sekali lagi saya bukannya ingin mengkritik atau bagaimana, sah-sah saja buat kebanyakan orang menganggap semua temannya itu sebagai sahabat, bahkan saya pernah bertemu dengan seorang teman yang dengan bangga menyebut seluruh teman dalam ganknya sebagai sahabat namun ketika sedang tidak bersama, mereka membicarakan keburukan satu sama lain. Sah-sah saja memang, sama sekali tidak salah, karena menurut saya pertemanan itu tidak ada hubungan nya dengan benar dan salah.

Semakin mudah orang-orang memanggil temannya itu sahabat membuat definisi sahabat itu semakin melebar, semakin luas, namun semakin kering. Semakin dangkal. Hal yang menurut saya sangat disayangkan, karena buat saya definisi sahabat itu dalam jauh lebih dalam dari hanya sekedar pertemanan. Sahabat itu sakral, bahkan jauh lebih sakral dari hanya sekedar kekasih.

1 comment:

Anonymous said...

‎​‎​​☺ ☂hαñK Ψσù ☺ ɑ lot for our friendship..maap msh blm bs bales smua kbaikan km..artikelnya bikin sy jatuh,ngena bgt namun ya itulah manusia gda yg smpurna,I wish u all d best,sehat trus,karya trus,goodluck ma'pren !