Skip to main content

Kunang-kunang Jakarta



Akhirnya waktunya tiba, cahaya lampu kota Jakarta serupa kunang-kunang yang sejak tadi menyinari kebersamaan kita perlahan semakin berpendar hingga akhirnya hilang dari pandangan. Kita kembali berjalan ke sumbu yang berbeda. Sumbu-sumbu yang belum bertemu dan bersama. Sumbu yang memaksa kita untuk sejenak melepaskan ikatan di kedua tangan kita, kembali menegakan kepala kita yang semula saling bersandar. 

Putaran roda yang semakin lama semakin cepat, membawa saya semakin jauh hingga akhirnya hanya menyisakan kenangan. Kenangan tentang kita yang menikmati sore hari berdua saja, memandang buih ombak yang akhirnya hancur menghantam batu.
Esok, ketika matahari kembali bersinar, kita akan kembali berjalan sendirian tanpa tangan yang berikatan, tanpa kepala yang saling bersandar sambil berharap suatu hari kita akan menikmati kunang-kunang itu sampai pagi menjelang.



@fuadhsan
Ditulis di atas bus Primajasa sambil 
memandangi lampu kota yang 
perlahan hilang dari balik jendela

Comments

Popular posts from this blog

My favourite Movie Quotes

The mythology of Superheros Comic is not only great, it's unique. there's the superhero and there's the alter ego. Batman is actually Bruce Wayne, Spider-Man is actually Peter Parker. When that character wakes up in the morning, he's Peter Parker. He has to put on a costume to become Spider-Man and it is in that characteristic   Superman stands alone. Superman didn't become Superman, Superman was born Superman. When Superman wakes up in the morning, he's Superman.   His alter ego is Clark Kent. His outfit with the big red "S", that's the blanket he was wrapped in as a baby when the Kents found him. Those are his clothes. What Kent wears,the glasses, the business suit, that's the costume.  That's the costume Superman wears to blend in with us.   Clark Kent is how Superman views us. And what are the characteristics of Clark Kent? He's weak.. he's unsure of himself, he's a coward. Clark Kent is Superman's critique on...

Secangkir Kopi dan Teh Hijau...

Ini bukan tentang seberapa jauhnya jarak yang membentang antara kamu dan saya, ini bukan tentang bagaimana sulitnya saya dan kamu bertemu dan berbincang hanya sekedar menyapa dan bertanya ada apa. Ini juga bukan tentang nikmatnya segelas kopi dan teh hijau yang biasa kamu nikmati sambil membaca Nina Garcia ketika sore hari tiba dan menyapa. Ini tentang suatu sore dimana kita duduk bersama, sambil menikmati dinginnya kopi hitam dan hangatnya teh hijau, berbincang dan bercerita tentang betapa cerdasnya sang penemu sabun cuci berwarna merah, tentang ibu kota yang dipenuhi Super Mall dimana-mana, dan masa-masa sekolah yang kembali terulang di S2. Ini tentang bagaimana akhirnya kita bertemu, saling bertanya dan menyapa secara nyata. Ini tentang bagaimana saya akhirnya bisa memperhatikan kamu yang bercerita sambil sesekali membetulkan letak kaca mata, memperhatikan kamu yang sesekali tertawa ketika bercerita tentang bagaimana kamu mengemudi tanpa kaca mata. Ini bukan tentang ni...