August 25, 2010

Ketika Matematika Mengalahkan Logika

Ibu, ingatkah ketika dulu?? Ketika saya belajar bernyanyi, melantunkan nada-nada do-re-mi? Ibu, saat itu terasa sangat menyenangkan sekali, belajar bernyanyi walau hanya ada nada Do, Re dan Mi. Sambil sesekali lompat dan sedikit menari membawakan lagu pelangi, Saya tertawa lepas seakan saya lebih hebat dari pada Rafika Duri.
Saat itu belajar terasa menyenangkan sekali ibu...

Ibu, ingatkah ketika dulu?? Ketika saya belajar membaca, merangkai dan menyusun huruf-huruf hingga menjadi sebuah kata? Saat itu membaca terasa sangat menyenangkan sekali, memahami arti dari kata perkata untuk kemudian disusun menjadi kalimat yang memiliki arti berbeda, belajar memahami bahwa bahasa tidak hanya kumpulan kata tetapi juga mengenai tata krama. Saat itu belajar terasa menyenangkan sekali ibu...

Ibu, ingatkah ketika dulu?? Ketika saya mulai belajar berhitung? satu tambah satu sama dengan dua, tiga kali tiga tidak sama dengan dua. Saat itu berhitung terasa sangat menyenangkan sekali, mengetahui bahwa 9 itu angka yang unik, mengetahui bahwa tak selamanya angka itu bulat dan tak selamanya satu itu pertama.
Saat itu belajar terasa sangat menyenangkan sekali ibu...

Tapi...

Lihatlah sekarang ibu!! bernyanyi tidak lagi menyenangkan seperti dulu, perlu ada beberapa nada dan harmonisasi lagi untuk bernyanyi, bahkan perlu adanya beberapa lembar rupiah dan segelintir sensasi untuk bisa terkenal seperi ibu Krisdayanti.

Lihatlah
sekarang ibu!! membaca tidak lagi hanya merangkai huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, membaca kini perlu memperhatikan isi untuk kemudian kita pahami. Membaca kini tidak lagi menyuarakan apa yang telah tertulis. Kini membaca lebih kepada menunjukan seberapa hebat kita mencerna isi hati sang penulis.

Lihatlah sekarang ibu!! Matematika tak lagi menarik seperti dulu. Kini matematika berevolusi menjadi emosi yang katanya bisa mengalahkan logika.
Ibu, Kini matematika tidak lagi sesederhana satu ditambah satu sama dengan dua. Kini matematika mengajarkan bahwa persamaan x dan y itu bisa membuat saya sakit kepala. Ibu, saya benci matematika, saya benci ketika matematika menerangkan bahwa sesungguhnya A, B, dan C tidak selamanya bisa membantu kita mencari besarnya X. Lalu kepada siapa saya bisa meminta bantuan untuk mencari X. Ibu, saya benci matematika...

1 comment:

ghina said...

ibu guruu... semoga saya tidak akan bertemu matematika lagi..