Sore kemarin saya bersama teman saya yang dulu tidak berkumis tapi kini berkumis tebal walau tak setebal kumis rajagopal. Saya juga tidak tau kenapa sekarang dia berkumis, apakah dia sengaja memanjangkan kumisnya agar terlihat lebih dewasa dan dianggap bapak-bapak atau hanya karena sudah tiga hari lupa bercukur dengan pisau cukur warna kuning ataukah memang dia tidak punya cukup uang untuk membeli pisau cukur jelek merk BAGUS.
Sore itu saya dan teman saya yang berkumis mirip rajagopal itu mendatangi sebuah tempat yang katanya coffee and book shop. Awalnya saya kesana karena katanya disana suka berkumpul penulis-penulis pada sabtu sore. Katanya penulis-penulis itu berkumpul untuk menulis, saya juga tidak tahu mereka menulis tentang apa. Mungkin mereka menulis tentang ember yang tidak selamanya bocor, tentang superman yang menyamar jadi clark kent, tentang Peter Parker yang menyamar jadi spiderman, tentang Bandung yang terasa semakin sempit, tentang diri mereka masing-masing, tentang ibu mereka yang tidur bersama ayah mereka, tentang penguasa yang mengaku Tuhan, tentang apapun lah, tidak perlu rasanya di bahas panjang dan lebar walaupun kamu rasa itu penting.
Rasanya asing sekali saat pertama kali masuk ke toko buku yang juga menjual kopi itu. Seperti masuk ke rumah orang lain yang tidak kita kenal sebelumnya, terasa tidak nyaman walaupun mungkin mereka sudah memperlihatkan keramah tamahan layaknya pak Bambang menyambut om Barry tetapi tentu saja tanpa baso tanpa kerupuk.
Setelah mengamati sejenak saya tahu kalau ternyata Toko ini tutup dihari senin..hmmmph.. seperti tukang lotek sajah.. Mungkinkah di sini menjual lotek juga? mungkin iya mungkin tidak. Jadi bertanya-tanya kenapa banyak tukang lotek tutup dihari senin. Apakah karena mereka berdoa bersama dihari itu? apakah karena saran dukun berjanggut hitam berhandphone blackberry. Coba tanya kenapa?. Selain tutup dihari senin di Toko kopi yang menjual buku itu juga ternyata tidak diperkenankan merokok...Oh Shitttt.. Bisakah kamu bayangkan dua pria yang minum kopi saling berbincang-bicang tapi tidak merokok. Mungkin seperti ini gambarannya..
Pria 1 :Tadi malam nonton bola gak?
Pria 2 : ya nonton, bagus yah
Diaaaaaaaam...
Pria 2 : SBY ngeluh gaji yah?
Pria 1 : iyah..
Hening agak lama..
Pria1 : minum apa?
Pria2:Kopi, itu apa?
Pria1 : Orange Juice
Diam lagii...
Aneh bukan??
Mungkin ini satu-satunya coffee shop yang tidak memperkenankan pelanggannya merokok di situ. Kalau tidak ingin disebut jelek, sebut saja itu unik. Kalau kamu menganggap tidak diperbolehkannya merokok itu bukan merupakan kekurangan mungkin boleh kamu sebut itu sebagai keunikan.
Akhirnya sore itu berakhir, rokok kembali dinyalakan, lagu rock n roll dalam handphone saya kembali berputar. Saya akhirnya pulang bersama kedua teman saya, oh iya saya lupa ceritakan kalau teman saya yang satu yang berambut keriting dan gagal berkencan hari itu datang menyusul, menghampiri kami yang tidak tau lagi harus berbincang tentang apa, bercerita tentang tidak adanya Bread Talk di Ujung Berung, tentang tidak adanya waktu yang disediakan oleh teman kecilnya untuk menunggu dan tentang pasar burung yang ada di Sukahaji.
Akhirnya saya pulang juga meninggalkan toko buku yang menjual kopi, atau toko kopi yang menjual buku atau bagaimanapun kamu ingin menyebutnya, yang jelas disana dijual aneka jenis minum kopi dan banyak jenis buku berbahasa Inggris yang disusun rapi dalam lemari tanpa pintu.
Comments