Jadi lelaki itu harus tau bagaimana rasanya patah hati, disakiti, dikecewakan, kalau perlu sampai galau, sedih, melamun, uring-uringan, atau bahkan lebih baik lagi kalau bisa sampai menangis karena wanita. Semua itu bagian dari pendewasaan, bagian dari proses belajar bagaimana bersikap dan memperlakukan wanita. Semua itu PENTING... -fuadhsan -
Dia yang selalu sabar melihat anak-anaknya yang terkadang lupa menyayanginya, menyakitinya dengan penolakan-penolakan dan kata-kata tidak patut, atau bahkan menomor duakannya hanya untuk sekadar pertemanan. Dia yang rela terbangun di pagi buta hanya untuk membetulkan letak selimut yang semula sempurna menutupi bagian tubuh buah hatinya Dia yang akan selalu tulus mengucurkan limpahan kasih sayang walau kadang hatinya tersakiti Dia Ibu saya..
Saya : Mau kemana? Teman saya : Ke bawah, ke basement Saya : Mau ngapain? Teman saya : Mau lapor sama yang di atas..heheh Saya : Kalau lapornya sama yang di atas, kenapa perginya ke bawah?
Kalau memang sudah merasa lebih jujur dari pada mereka, lebih baik secara moral, tidak pernah berbohong sampai merugikan orang, tidak pernah korupsi walau hanya 100 rupiah, kalian boleh memaki sekencang mungkin, boleh menghina seenak perut, boleh mencaci dengan seburuk-buruknya kata pada para koruptor itu. Tapi kalau belum, lebih baik perbaiki diri dulu. @fuadhsan
Saya selalu percaya dibutuhkan berbagai macam sudut pandang untuk bisa memahami suatu keadaan secara menyeluruh. Begitu juga untuk memahami Jakarta. Belakangan saya gemar berjalan kaki dari kantor ke tempat tinggal saya, walau secara jarak lumayan jauh dan cukup membuat saya berkeringat. Tapi nilai tambah yang saya dapat dari berjalan kaki, ternyata jauh lebih besar dari hanya sekedar capek, pegal, dan berkeringat. Saya banyak belajar banyak hal dari perjalanan-perjalanan tersebut. Saya mulai mengerti kenapa sedikit sekali orang yang mau berjalan kaki atau naik sepeda ke tempat mereka bekerja. Dari mulai kualitas udara yang buruk, hawa udara yang jelas-jelas tidak sejuk, trotoar yang jauh dari kata layak, pengemis dan preman yang meresahkan, sampai tukang ojek yang entah kenapa menurut saya annoying. Sambil berjalan kaki ini juga saya mulai mencoba mengkomparasi perbedaan antara keadaan yang saya temukan ketika saya pulang berjalan kaki dan ketika saya memutuskan u