Masih tergambar jelas dalam ingatan hari dimana saya untuk pertama kalinya berseragam sekolah putih merah, hari dimana saya harus masuk keruang 9, ruangan untuk kelas anak kelas satu. Diliputi dengan perasaan asing dan malu-malu kucing, ketika sebelah kaki saya melangkah masuk diikuti oleh tatapan mata mencari objek menarik , dan akhirnya mata itu terkunci patung kayu mencolok diantara dua gambar pemimpin Negara. Patung burung garuda dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”.
Saya sadari betapa besar harapan dari sang penggagas semboyan Negara itu. Beliau sadari kemajemukan yang tercipta di negeri ini, dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau yang sambung menyambung dengan beragam kebudayaan dan pemikiran. Mungkin harapan beliau-beliau hanya ingin melihat timbulnya rasa persaudaraan, timbulnya satu rasa memiliki terhadap negeri ini.
Lihatlah hari ini kemajemukan itu kian terlihat, beragam suku bangsa dan kebiasaan berbaur dalam satu alat transportasi yang sama. Di tiap sudut kota tampak berbagai etnis berbaur menjadi satu Tapi sayanganya kemajemukan bangsa ini tidaklah dibarengi dengan beragamnya selera dan karya yang dihasilkan. Sepertinya masyarakat ini terjebak dalam pola hidup paket hemat restoran cepat saji. Semua orang ingin serba seragam mereka lebih cenderung mengikuti trend dari pada menciptakan trend baru.
Dewasa ini masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa dengan mengikuti trend, mereka telah mengukuhkan eksistensi mereka sebagai mahluk hidup. Masyarakat seperti ini selalu beranggapan bahwa mengikuti trend dapat menghasilkan suatu perasaan bangga yang umumnya di konotasikan sebagai gengsi. Mereka umumnya mengikuti trend melihat orang lain melakukannya juga, bukan karena mereka benar-benar ingin atau butuh. Sebagai contoh lihatlah para pemakai smart phone yang bahkan tidak menggunakan seluruh fitur-fitur dalam ponsel mereka, hal itu karena mereka sebenarnya tidak benar-benar membutuhkan jenis ponsel seperti itu. Contoh lain lihatlah orang-orang yang menyaksikan festival musik Jazz terbesar di Indonesia, banyak dari para pengunjung yang hanya duduk saja di pinggir panggung tanpa sedikitpun menyaksikan pertunjukan, hal itu di karenakan mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin menonton acara tersebut, mereka hanya mengikuti trend yang sedang ada demi gengsi semata saja. Mereka bahkan tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.
Sadari atau tidak ada pihak-pihak capital tersenyum simpul sambil menggoyang-goyangkan kakinya melihat menjamurnya pola hidup masyarakat paket hemat seperti ini.
Fuad : geus ngadengekeun Feist? Hasan: Geus, alusnya musikna, jempol lah.. Fuad : Owell oge alus Hasan: Naon nu alus? Fuad : Musikna Hasan: Enya Alus, ngan kurang terkonsep dengan baik jeung mentah.. Fuad : Eta Pisan.. Hasan: Mun ceuk ibu hamil mah ngeunaheun owell tah.. Fuad : Naha? Hasan: Ibu hamil pan resep nu atah-atah kitu.. Coba weh ibu hamil salapan bulan titah nu keur nangtung titah ngadengekeun musik owell, pasti ngomongna ngeunaheun.. Fuad : Naha bisa? Hasan: Bisa lah, coba maneh talian kalapa 4 weh kana beuteung terus nangtung trus dengekeun lagu owell, pasti ngomong ngeunah-ngeunah weh meh gancang da hayang buru-buru diuk. Boro-boro ngadengekeun bener, nu aya ge mikiran kalapa weh beurat.. Setelah itu Fuad dan Hasan tertawa sendiri diatas motor...
Pernah disuatu tengah malam dengan hujan yang sangat deras, teman saya yang terbangun karena bermimpi buruk tentang saya langsung mengirimi saya pesan pendek yang isinya pertanyaan “Pu kamu ga apa-apa kan?”. Di malam yang lain saat saya dan teman-teman saya sedang makan malam bersama terdengar pertanyaan yang berbunyi “Pu, maneh bisa cageur teu?,” “Urang mah hayang si fuad cageur, dioperasi ke, dikumahakeun lah nu penting mah cageur”. Hari minggu kemarin teman saya memperkenalkan seorang wanita pada saya tanpa saya minta, katanya dia ingin melihat saya punya pacar agar bisa bahagia. Saya jadi teringat pertanyaan seorang guru bahasa Inggris kepada saya sekitar tiga tahun tahun lalu, “Why are your friends, your friends??”, kemudian setelah tiga puluh detik mencerna pertanyaan tersebut dalam stimulus otak saya yang besarnya sedikit lebih besar daripada bola baseball, saya pun menjawab “Because I love them, and I trust Them”. Yes.. tidak diragukan lagi saya mencinta
Pernahkah anda menatap orang-orang Terdekat anda saat ia sedang tidur??? Kalau beLum.. Cobalah Sekali saja menatap mereka Saat mereka sedang tidur... Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar Dan paling jujur dari seseorang… Seorang artis yang ketika dipanggung Begitu cantik dan gemerLap pun, Bisa Jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika Ia sedang tidur.. Orang paling kejaM di duNia pun boleh jadi Jika ia sedaNg tidur tidak akan tampak wajah BengisNya… PerhatikanLah ayah Anda saat beLiau sedaNg tidur SadariLah, betapa badan yang duLu kekar dan gagah itu pun kini semakin tua dan ringkih,,, betapa rambut-rambut putih semakin menghiasi kepalanya,,, Betapa kerut meRut mulai terpahat di wajahNya.. Orang iniLah yang tiap hari bekerja keras Untuk kesejahteraan kita, anak-anakNya… Orang inilah, reLa melakukan apa saja Asal perut kita kenyang dan Pendidikan kita Lancar.. Sekarang, beraLihlah… LihatLah ibu aNda.. Hhmmph… KuLit N
Comments