Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2009

Ruang Paralel

Ruang dan waktu sebagai dimensi utama dalam sebuah kelangsungan hidup manusia menyebabkan manusia dapat mengalamai satu peristiwa pada satu waktu tertentu disatu ruang tertentu. Pertandingan sepak bola jam 09:00 di lapangan Rio de Jainero. Tabrakan mobil beruntun jam 09:00 di Cipularang. Hujan jam 09:00 di alun-alun Bandung. Luna Maya bernyanyi di Cianjur jam 09:00 Seluruh peristiwa, sepak bola, pemilihan Tabrakan mobil beruntun, dan hujan sampai Luna Maya bernyanyi terjadi dalam satu ruang dan waktu tertentu. Tidak mungkin ditempat lain terjadi peristiwa yang sama yang melibatkan komponen-komponen yang sama dalam waktu yang sama. Tidak mungkin pada jam 09:00 itu Luna Maya bernanyi di Surabaya, karena saat itu dia berada di Cianjur. Mungkin saja di tempat lain ada pertandingan bola, tetapi tentu bukan pertandingan yang melibatkan tim yang sama di lapangan yang sama. Tidak mungkin dialun-alun Bandung pada pukul 09:00 tersebut trun salju. Begitu pula dengan tabrakan beruntun, mungkin saj

Antara Bhineka Tunggal Ika, Kemajemukan, dan Trend Paket Hemat

Masih tergambar jelas dalam ingatan hari dimana saya untuk pertama kalinya berseragam sekolah putih merah, hari dimana saya harus masuk keruang 9, ruangan untuk kelas anak kelas satu. Diliputi dengan perasaan asing dan malu-malu kucing, ketika sebelah kaki saya melangkah masuk diikuti oleh tatapan mata mencari objek menarik , dan akhirnya mata itu terkunci patung kayu mencolok diantara dua gambar pemimpin Negara. Patung burung garuda dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”. Saya sadari betapa besar harapan dari sang penggagas semboyan Negara itu. Beliau sadari kemajemukan yang tercipta di negeri ini, dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau yang sambung menyambung dengan beragam kebudayaan dan pemikiran. Mungkin harapan beliau-beliau hanya ingin melihat timbulnya rasa persaudaraan, timbulnya satu rasa memiliki terhadap negeri ini. Lihatlah hari ini kemajemukan itu kian terlihat, beragam suku bangsa dan kebiasaan berbaur dalam satu alat transportasi yang sama. Di ti

Fake Smile...

Sepulang dari bermain bola sore tadi, saya sempatkan sejenak menonton televisi, setelah kurang lebih lima menit mencari stasiun TV yang mungkin menyajikan acara yang sedikit berbobot, akhirnya saya berhenti di angka 5 dimana Stasiun Televisi Swasta yang saya pilih sedang menyiarkan suatu ajang kecantikan. Saya pikir, dari pada saya menonoton sinema elektronik dengan tema perselingkuhan dan perebutan harta warisan, lebih baik saya menonton ajang kecantikan itu. Walaupun menunjukan puluhan wanita tinngi langsing ber “make up satu senti” tapi siapa tau ada yang cantik dan kelak jadi istri saya. Setelah lima belas menit berselang saya perhatikan rupanya para wanita itu selalu memajang senyum mereka lebar-lebar, tampak sekali setiap kamera menyorot muka mereka yang kata orang tua mereka cantik itu terdapat lengkungan bibir yang juga memperhatikan betapa putih gigi mereka. Saya kemudian tertawa sendiri tentu saja bukan karena gila atau ada yang lucu, saya hanya berpikir apakah mer

Semakin Jauh dari Tanah

Bayangkan hari dimana populasi manusia yang terus bertambah sedangkan luas Planet bumi yang tidak pernah bertambah. Bayangkan lah hari dimana luas permukaan bumi sudah tidak bisa lagi ditinggali oleh sejumlah manusia yang terus bertambah tanpa terkendali, Sepertinya semakin sulit saja kita tinggal tepat diatas tanah, sepertinya pada masa itu akan sekali kita menemukan rumah-rumah dengan halaman luas dan kebun bunga menghiasi pekarangan rumah. Pada saat itu tempat tinggal manusia akan semakin mendekati langit dan semakin jauh dari tanah, saat ini sebenarnya dampak dari ledakan penduduk itu sudah sedikit terlihat, lihat saja mulai berdirinya gedung-gedung pencakar lagit yang digunakan untuk menjadi tempat tinggal atau yang lazim kita sebut apartemen. Pada saat itu seluruh permukaan tanah akan tertutup oleh bangunan yang digunakan untuk kepentingan manusia. Pada saat itu anak-anak kecil tidak pernah melihat warna sebenarnya dari tanah, mereka hanya tau tanah itu hitam, mereka hanya bisa m

Nonton Pure Saturday..

Akhirnya setelah hampir dua tahun saya tidak melihat penampilan band yang saya sangat sukai, hari sabtu kemarin bersama si mantan pacar, saya pun menyempatkan diri untuk menyaksikan penampilan PS di Ouval Buah Batu. Senang rasanya bisa kembali menyaksikan band indie legendaris tersebut. Penampilan Pure Saturday di buka dengan lagu "Latter..the saddest Word Down" lalu dilanjutkan dengan “Buka” “Elora” dan “Pathetic Waltz” Penampilan mereka pun ditutup dengan lagu “Pagi” yang berasal dari album ke empat mereka. Sayang hanya lima lagu yang mereka bawakan, tetapi lima lagu rasanya cukup untuk sedikit memberi senyuman di wajah saya yang entah kenapa pada hari itu terasa berat untuk tersenyum.