Kemarin saya melihat senyum malaikat tergambar jelas pada raut muka mu untuk kemudian saya balas dengan senyum bodoh seorang pembunuh berdarah dingin
Kemarin telinga saya mendengar bagaimana kamu tertawa-tawa bersama teman-teman mu du ujung gedung baru itu
Kemarin saya hanya bisa melihat kamu keluar dari kantin itu sambil membawa sebuungkus minuman berwana biru
Kemarin kedua mata saya terus menerus menatap kamu yang berbaju hitam berjalan tegap memegang kertas putih ukuran A3, tertawa-tawa bersama kelima wanita lainnya.
Kemarin bola mata saya terus mengikuti tiap langkah sepatu putih mu memasuki ruangan kelas ditemani seorang wanita bertubuh besar
Kemarin, setelah 4 bulan berselang saya menghampiri kamu untuk kemudian bertanya “namanya siapa?”
Comments