Skip to main content

Pocong dan Kuntilanak Menuntut Balas..

Kurang lebih satu bulan yang lalu, Industri film layar lebar, seakan-akan berlomba memutarkan film bertemakan kuntilanak. Ada kuntilanak kamar mayat, kuntilanak satu sampai tiga, kuntilanak merah, kuning sampai hijau bahkan sampai kuntilanak mencari sesuap nasi pun tampak akan segera di angkat ke layar lebar atau layar perak.

Tidak kalah dengan kuntilanak, sang pesaing yang merupakan musuh bebuyutan kuntilanak, yaitu sang pocong dengan ciri khas kain putih dengan ikatan simpul diujung kepala pun semakin sering menghiasi poster-poster film bertajuk “sumpah ini bukan pocong”, “anjrit ada pocong”, “ko pocong lagi sih?”, sampai “pocong di ambang batas usia” pun sepertinya akan segera hadir untuk memuaskan rasa penasaran bangsa Indonesia terhadap pocong.

Kolaborasi keduanya pun telah difilmkan dengan judul “Pocong vs Kuntilanak”, tak heran jika suatu hari akan muncul film “Pocong, kuntianak, dan saus cabai” di industri perfilman Indonesia.

Seiring dengan maraknya film memunculkan pocong dan kuntilanak sebagai peran utama, timbul tanda tanya yang tidak begitu besar dalam kepala saya, apakah para penuhnya jadwal syuting mereka berbanding lurus dengan kesejahteraan yang didapatkan oleh keduanya?? tentu saja TIDAK!!!, tentu saja mereka bekerja sukarela sebagai pemeran utama di film-film tersebut, bahkan tidak ada kontrak kerja yang jelas antara produser film dan pocong serta kuntianak tersebut.

Jelas sekali ada proses eksploitasi yang dilakukan oleh para sutradara dan produser film terhadap pocong dan kuntilanak. Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai Pocong dan Kuntilanak ini mari kita pahami dulu apa arti dari eksploitasi. Menurut artikel yang saya dapat dari wikipedia.org (2009), eksploitasi adalah politik pemanfaatan yang secara sewenang-wenang terhadap sesuatu subyek eksploitasi hanya untuk kepentingan ekonomi semata-mata tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan.

Dari pengertian eksploitasi tersebut, jelas sekali bahwa saat ini di dunia perfilman Indonesia sedang terjadi eksploitasi terhadap pocong dan kuntilanak. Mereka dipaksa bekera keras siang dan malam tanpa kontrak kerja yang jelas dan tentu saja tanpa bayaran sedikitpun, mereka hanya bisa menurut terhadap apa yang diperintahkan manusia-manusia itu, mereka tahu sesungguhnya manusia lebih mulia dari mereka, tetapi apakah mahluk yang melakukan eksploitasi seperti itu layak disebut mahluk mulia. Jika saja ada pengadilan antara dua alam yang berbeda, mungkin sudah dari dulu pocong dan kuntilanak itu mengadukan para manusia ke “meja hijau”. Mungkin jika bisa mereka akan mengadukan nasib mereka ke komisi perlindungan mahluk halus, sayang tidak ada lembaga yang dapat menjembatani permasalahan ini, sehingga pocong dan kuntilanak tersebut hanya bisa diam meratapi nasib mereka, menjadi objek tontonan manusia yang suka ditakut takuti.

Mungkin suatu hari pocong dan kuntilanak tersbut akan melakukan pembalasan yang jauh lebih mengerikan terhadap manusia-manusia yang memanfaatkan ketidakberdayaan mereka, mungkin kelak para mahluk halus itu akan mengambil alih posisi para sutradara tersebut lalu kemudian menciptakan film dengan pemeran manusia untuk kemudian dipertontonkan kepada para mahluk halus lainnya.

Comments

Popular posts from this blog

Innovative Leadership

Perubahan terjadi setiap saat tanpa disadari ataupun tidak. Perubahan terjadi dengan sangat cepat terjadi seiring dengan terjadinya globalisasi dan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah organisasi untuk senantiasa melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Seorang pemimpin dapat menjadi tolak ukur mampu atau tidaknya sebuah organisasi bertahan dan bersaing menghadapi perubahan zaman. Di era globalisasi dimana persaingan semakin ketat, kemampuan sebuah organisasi untuk melakukan inovasi dapat menjadi salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk senantiasa meningkatkan daya saing dari organisasi tersebut, kemampuan pemimpin untuk melakukan inovasi dalam organisasi menjadi upaya yang harus dilakukan. Pemimpin dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi-inovasi cerdas untuk meningkatkan daya saing organisasi tersebut. Pemimpin yang inovatif adalah pemimpin yang mampu berpikir inovatif yang mampu membuka peluang terhadap ide-ide baru ...

Meet And Greet With Munthe..

Tanggal 15 January 2011 lalu di Braga Cafe And Craft berlangsung acara Meet and Greet with Munthe. Acara yang di gagas oleh Mbak Arien (Lady Underground Bandung) ini berlangsung dari pukul 19:00 - 22:00. Banyak audience dari kalangan media, musisi, orang awam (Red: non praktisi musik dan media) yang datang ke acara ini, beberapa diantaranya adalah eks gitaris Turtle Junior, Vokalis Cherry Bombshell, dan beberapa musisi underground asal Bandung serta praktisi musik tradisional. Sempat pikir oleh saya kalau bukan karena percintaan bodoh mungkin band yang saja manajerin (stupid accent) sudah bisa sebesar itu. Memiliki penggemar dan pendukung yang loyal yang memasang karya-karya band tersebut dalam pemutar MP3 nya. Tapi ya sudahlah mungkin memang begitu seharusnya. Di acara ini Munthe memainkan beberapa karyanya yaitu: 1. Shinking 2. I Love Bali 3. Perfect Hard Love 4. The Sun Has Sunset 5. Through The Sky 6. Moonshine On The Sky 7. Flower City Call 8. Running A Hard Breath 9. Pure 10. U...